KOMPAS.com - Bali tanpa turis internasional adalah prospek yang tak terbayangkan pada Januari 2019.
Saat pandemi, ekosistem pariwisata Bali hancur. Padahal pada tahun 2019, bandara Bali menerima 6,2 juta wisatawan mancanegara.
Pada kuartal kedua tahun 2020, semua kecuali 10% dari para penyedia tur dan perjalanan di pulau itu telah tutup. Hotel-hotel yang tetap beroperasi hanya memiliki tingkat hunian kurang dari 10%.
Baca juga: Tempat Wisata di Bali Buka Saat Libur Lebaran, Wagub Cok Ace: Hanya untuk Wisatawan Lokal
Yang jelas Bali telah mengalami setahun penuh tanpa kehadiran turis mancanegara.
Dikutip dari nationalgeographic.id, Fast Company menghimpun kisah yang terjadi selama setahun terakhir di Bali.
Ernst Ludick adalah General Manager Amankila Resort di Bali timur. Ia mengatakan banyak perubahan yang terjadi di Bali sejak pandemi.
"Bali pernah mengalami penurunan tajam ini di masa lalu, tetapi tidak ada yang sebanding dengan ini. Dengan pariwisata, banyak orang Bali menjadi makmur. Satu atau dua generasi yang lalu, penduduk setempat adalah staf-staf hotel kelas atas," ungkap dia.
Baca juga: 30 Tahun Bekerja Sebagai Pemandu Wisata di Bali, Efendy: 10 Bulan Terakhir Tak Ada Pemasukan
Dia menambahkan, "Namun, anak-anak mereka telah mengambil pekerjaan, tidak hanya di industri perhotelan dan pelayaran, tetapi juga sebagai akuntan, insinyur, perawat, dokter, dan sebagainya."
"Tetapi )akhir-akhir ini) saya melihat mobil dan sepeda motor di pinggir jalan dengan tanda 'untuk dijual' di atasnya."
Hal yang sama juga disampaikan oleh Made Wirata seorang sopir taksi yang tinggal lebih dari 20 tahun di Ubud.
"Sebelum virus corona, bisnis saya bagus, saya punya banyak pelanggan yang merupakan turis, dan saya menghasilkan cukup uang. Itu sudah cukup bagi saya. Saya bisa duduk di rumah tanpa melakukan apa-apa, tidak ada pekerjaan, tidak ada pekerjaan, tidak ada apa-apa selama setahun sekarang."
Baca juga: 9 Tempat Wisata di Bali yang Cocok untuk Menenangkan Diri
Sementara itu Gede Sukayarsa, pemilik Villa Bantes dan Bulian Homestay di Bali Utara mengaku telah kehilangan banyak hal saat pandemi menggulung pariwisata di Bali.
Biasanya ia akan bekerjasama dengan grup tur G Adventure untuk mengajak wisatawan menginap di hotelnya.
"Saya adalah seorang pemandu wisata di Indonesia dari tahun 1997 hingga 2019, kemudian saya mendapat properti di sebuah desa di Bali Utara di mana para tamu dapat menginap, dan saya telah mengelolanya."
Tak hannya bisnisnya. Saat pandemi Gede bahkan harus kehilangan mobil miliknya.
Baca juga: Libur Panjang, Pengelola Obyek Wisata di Bali Diingatkan Terapkan Protokol Kesehatan Ketat