Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Joko Suroso, Mantan Napiter Bom Bali II, Kini Disibukkan Berkebun Melon

Kompas.com - 04/05/2021, 19:03 WIB
Labib Zamani,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Joko Suroso alias Joko Padang adalah mantan narapidana terorisme (napiter). Ia terlibat dalam aksi bom Bali II dengan sasaran orang asing.

Joko menceritakan dirinya ikut terlibat jaringan terorisme pada 2005.

Bermula dari rasa pembelaan karena banyak terjadi invasi Amerika Serikat ke negara-negara muslim.

Baca juga: Demi Bertemu Sang Anak, Napi Kasus Terorisme Ini Tinggalkan Paham Radikal

Dia melihat dan mendengar kabar banyak umat muslim yang dizhalimi, bahkan ditindas.

"Sehingga menimbulkan emosi dan sentimen yang kuat kepada kami untuk membela mereka. Itu sebenarnya landasan agama kami seperti itu," kata Joko ditemui dalam sebuah acara ngabuburit di Adhiwangsa Hotel Solo, Senin (3/5/2021) malam.

"Tapi kami tidak bisa mampu atau hadir ke tempat dalam arti terjadinya perang itu, sehingga kami upayakan di mana yang bisa kami jangkau yakni di Indonesia sendiri, orang-orang asing di Indonesia terutama di Bali," sambung dia.

Dia beralasan sasaran pengeboman di Bali karena merupakan tempat tujuan wisata orang asing.

Baca juga: Penjual Airgun ke ZA, Penyerang Mabes Polri, Ternyata Eks Napi Kasus Terorisme

Sementara orang asing yang menjadi target adalah warga negara Amerika Serikat dan Australia.

"Memang terbanyak waktu itu orang Australia yang bom Bali I dan II," terang warga Cemani, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Joko berperan untuk menyiapkan tempat dan koordinasi dengan pelaku bom Bali II.

"Termasuk komunikasi dengan pelaku bom Bali. Kami bersama Nurdin M Top dan teman-teman di tempat saya," terang dia.

Joko mengaku ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri pada Januari 2006. Dia dituntut 15 tahun penjara atas keterlibatan dalam kasus bom Bali II.

Baca juga: Seorang Narapidana Kasus Terorisme di Lapas Nusakambangan Meninggal

Namun, hakim memvonisnya 10 tahun penjara. Joko pun bebas pada awal 2014.

"Jadi kejadian 1 Oktober 2005 waktu itu. 2006 saya ditangkap jedanya sekian bulan dengan kejadian (pengeboman) waktu itu," kata Joko.

Dikatakan Joko banyak dorongan yang membuat dirinya meninggalkan paham radikalisme dan terorisme.

"Ketika di dalam lembaga pemasyarakatan kami mengadakan introspeksi, muhasabah dan juga ada nasihat bahwa kita termasuk orang-orang yang terburu, terlalu singkat mengambil langkah. Sehingga kami perlu mengubah kembali bahwasanya langkah kita tidak seperti itu," terang dia.

"Ini perlu meningkatkan ukhuwah sesama kaum muslimin dalam hal ini maka tidak seharusnya kami menimbulkan aksi-aksi (terorisme) di negara sendiri," tutur dia.

Baca juga: Kisah Bang Jack, Eks Napiter Perakit Bom Bali 1 yang Kini Sukses Jualan Soto

Setelah kembali ke lingkungan masyarakat, Joko kini menyibukan dengan kegiatan berkebun melon di kawasan Colomadu, Karanganyar.

"Aktivitas saya sekarang berkebun melon di Colomadu, Karanganyar," ungkap Joko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Napak Tilas 2 Abad Traktat London, BI Pamerkan Uang Kuno

Napak Tilas 2 Abad Traktat London, BI Pamerkan Uang Kuno

Regional
2 Pembeli Cula Badak Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

2 Pembeli Cula Badak Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

Regional
Aniaya 2 'Debt Collector', Aiptu FN Sudah Jadi Tersangka

Aniaya 2 "Debt Collector", Aiptu FN Sudah Jadi Tersangka

Regional
Kunci di Balik Kegigihaan Ernando Ari, Ada Doa Ibu yang Tak Pernah Padam

Kunci di Balik Kegigihaan Ernando Ari, Ada Doa Ibu yang Tak Pernah Padam

Regional
Karyawan Warung Bakso di Semarang Perkosa Rekan Kerjanya, Pelaku: Saya Nafsu

Karyawan Warung Bakso di Semarang Perkosa Rekan Kerjanya, Pelaku: Saya Nafsu

Regional
Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Regional
Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Regional
Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Regional
Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Regional
Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Regional
Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi 'Online' di Warung Kopi

3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi "Online" di Warung Kopi

Regional
Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Regional
Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Regional
Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com