Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPKM Berbasis Mikro di Yogyakarta Diperpanjang, Pemudik Bandel Bisa Dipulangkan

Kompas.com - 20/04/2021, 23:30 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro di Daerah Istimewa Yogyakarta kembali diperpanjang selama dua minggu. Perpanjangan PPKM mikro kali ini ditambah aturan soal larangan mudik.

Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, pihaknya telah menerima instruksi Kementerian Dalam Negeri (Mendagri) dengan isi yang hampir sama dengan PPKM berbasis mikro sebelumnya.

"Yang berbeda hanya soal larangan mudik saja, Supaya di tingkat kabupaten, kelurahan, desa, penerapan larangan mudik dilaksanakan. Itu bedanya. Perpanjangannya sama dua minggu," ujarnya ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Selasa (20/4/2021).

Baca juga: Ayah Pelaku Pelemparan Batu di Kotagede Yogyakarta Antar Anaknya Mengaku ke Kantor Polisi

Larangan mudik tersebut bertujuan untuk mempersulit seseorang untuk melakukan perjalanan mudik.

Ia mencontohkan, jika seseorang melakukan mudik dari Jakarta ke Yogyakarta dengan pesawat terbang maka dalam aturan itu pesawat tidak diperkenankan terbang.

"Misalnya saja, rencananya dari pusat, pesawat terbang tidak terbang. Kereta api tidak jalan. Bus umum juga tidak. Tapi, kan kendaraan pribadi juga sulit kita bendung. Itu nanti filternya ada di desa-desa tujuan," jelas dia.

Filter yang ada di desa-desa ini maksudnya adalah pihak desa wajib melakukan skrining kepada para pendatang. Skrining tersebut mengarahkan pendatang untuk melakukan isolasi mandiri.

"Desa-desa itu akan melakukan skrining untuk mengarahkan supaya yang bersangkutan menerapkan isolasi. Jika ada yang curi start mudik, antisipasinya sekali lagi ada di linmas yang ada di desa," jelas dia.

Baca juga: Pemerintah Pusat Larang Mudik, Tiap Hari 2.000 Warga Mudik Awal ke Wonogiri

Isolasi tidak hanya untuk pendatang yang tiba di Yogyakarta pada tanggal 6 Mei tetapi juga wajib dilakukan bagi pendatang yang tiba sebelum tanggal 6 Mei. Pendatang atau pemudik bisa melakukan isolasi di shelter-shelter.

"Sebetulnya kan orang yang kita anggap ini kan seperti OTG ya. Maka, isolasi itu bisa menggunakan shelter atau rumah sendiri. Atau rumah yang dituju, itu yang harus dilakukan," ungkapnya.

Jika selama isolasi pemudik bandel tetap keluyuran maka pihak Desa atau RT RW setempat bisa mengusir para pemudik yang bandel.

"Kalau dia keluyuran ya suruh pulang lagi, lebih baik di rumah saja nanti diantar rantangan (makanan)," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Regional
Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Regional
Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Regional
Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com