Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-penyerangan dan Pengusiran 3 Tahun Lalu, Bagaimana Nasib Jemaah Ahmadiyah Kini?

Kompas.com - 20/04/2021, 18:45 WIB
Idham Khalid,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

LOMBOK, KOMPAS.com - Siang itu bunyi mendesis masakan yang digoreng Nuremi (58) terdengar sampai ke halaman rumah.

Semakin mendekat ke sumber suara, desisan dan aroma sedap masakan semakin menyengat.

Baca juga: Cerita Siti soal Polisi Mengintimidasi Jemaah Ahmadiyah...

Pantas saja suara desisan itu terdengar jelas karena dapur Nuremi berada di luar rumah dan dalam kondisi setengah terbuka dengan dinding bedek.

Baca juga: Kerinduan Jemaah Ahmadiyah Ramadhan di Rumah Sendiri

 

Nampak Nur, sapaan Nuremi sedang menggoreng ayam untuk menu berbuka puasa bersama suami dan anaknya.

Terlihat beberapa perabotan dapur Nur tergantung di dinding bedek.

Nur bersama sang suami Ismail (50) merupakan warga jemaah Ahmadiyah yang menjadi korban penyerangan dan pengusiran dari desa mereka di Desa Gereneng, Kecamatan Sakra Timur, Lombok Timur pada 2018.

Kini mereka tinggal di tempat relokasi yang berada di sebuah lingkungan di Kota Mataram.

Nur bersama suami sekarang tinggal di sebuah bidang tanah dengan ukuran 2 are (200 meter persegi), dengan rumah yang sederhana.

Berukuran sekitar 6x6 meter persegi, rumah Nur sudah dilengkapi ruang tamu dan kamar tidur, serta kamar mandi yang berada di luar.

Lahan seluas 2 are dibeli Nur bersama suaminya dari hasil berutang di bank.

Berbekal semangat yang tinggi, Nur dan suami optimistis dapat menjalani kehidupan yang lebih baik pasca-pengusiran 2018 lalu.

Dalam memenuhi kehidupan sehari-hari, Nur bekerja sebagai pedagang di pasar bersama suaminya.

Mereka memiliki satu lapak yang digunakan untuk berjualan kelapa dan garam.

“Harus kita berjuang kalau di sini (Mataram). Kita mencari tempat aman, kita berdagang mencari uang supaya bisa makan. Kita tidak boleh lembek, tetap harus semangat, kalau lembek mati kita,” kata Nur saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Kamis (15/4/2021).

Disampaikan Nur, dia biasa mendapatkan uang dari hasil berjualan sekitar Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari.

“Namanya juga jualan, kadang ada, kadang turun, biasa dapat Rp 200.000, Rp 300.000, itu belum termasuk hitungan modal,” kata Nur.

Keadaan di tempat baru dan lokasi relokasi jelas berbeda. Ibu dua anak ini menuturkan, di kampung dia bisa meminjam beras ke tetangga jika habis.

Namun, di tempat yang baru ini, ia mengaku kesusahan mencari pinjaman beras. Sebisa mungkin dia harus membawa pulang beras saat pulang dari pasar.

Nur menuturkan, kehidupannya di kampung halaman tidak terlalu susah. Jika tidak memiliki uang untuk membeli lauk pauk, dia bisa pergi ke sawah memetik sayur-sayuran yang bisa dimakan.

"Kalau di kampung kan enaklah, tidak ada uang, bisa kita ke sawah, cari sayur atau kacang-kacangan yang bisa dimasak," kata Nur.

Nur biasanya menanam kacang panjang di pematang sawah, sedangkan padi sekali panen cukup menghidupi keluarganya satu tahun.

Kendati demikian, hidup di kota juga banyak kelebihan. Seperti akses kebutuhan hidup yang serba dekat dan cepat.

Ismail, suami Nur mengatakan, untuk berjuang hidup di tempat yang baru, kadang ia bekerja sebagai pengemudi ojek setelah pulang dari pasar.

“Saya juga nanti ngojek itu sampai malam, setelah selesai kerja di pasar. Pokoknya hidup di kota itu kita tidak boleh lemah, tetap harus bekerja,” kata Ismail menimpali istrinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asik Main Judi Online di Warung Kopi

3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asik Main Judi Online di Warung Kopi

Regional
Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Regional
Aceh Utara Terima 592 Formasi ASN pada 2024

Aceh Utara Terima 592 Formasi ASN pada 2024

Regional
Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

Regional
Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Regional
Seribuan Jumatik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

Seribuan Jumatik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

Regional
Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Regional
Alasan Bandara Supadio Pontianak Turun Status ke Penerbangan Domestik

Alasan Bandara Supadio Pontianak Turun Status ke Penerbangan Domestik

Regional
Kronologi Adik Diduga ODGJ Bunuh Kakak di Klaten, Tetangga Dengar Teriakan Tak Berani Mendekat

Kronologi Adik Diduga ODGJ Bunuh Kakak di Klaten, Tetangga Dengar Teriakan Tak Berani Mendekat

Regional
IRT Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Amankan 5 Terduga Pelaku

IRT Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Amankan 5 Terduga Pelaku

Regional
Cerita di Balik Gol Cantik Witan Sulaeman ke Gawang Yordania

Cerita di Balik Gol Cantik Witan Sulaeman ke Gawang Yordania

Regional
Kebakaran Kapal Ikan Cilacap Renggut 1 Nyawa ABK, Ditemukan Mengambang dengan Luka Bakar di Tubuh

Kebakaran Kapal Ikan Cilacap Renggut 1 Nyawa ABK, Ditemukan Mengambang dengan Luka Bakar di Tubuh

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com