Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-penyerangan dan Pengusiran 3 Tahun Lalu, Bagaimana Nasib Jemaah Ahmadiyah Kini?

Kompas.com - 20/04/2021, 18:45 WIB
Idham Khalid,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

 

Pemerintah terlihat tidak berdaya menyelesaikan kasus intoleransi, karena hanya merelokasi jemaah Ahmadiyah saja.

Pemerintah juga belum berhasil menempatkan kembali warga Ahmadiyah di kampung halamannya semula atau berbaur kembali dengan publik.

Pemerintah tak boleh tutup mata

Menyoroti persoalan konflik Ahmadiyah, dosen Fakultas Ushululddin dan Studi Agama (FUSA) UIN Mataram Wahid menilai, kasus intoleransi yang menimpa jemaah Ahmadiyah dipicu kurangnya edukasi warga terhadap nilai toleransi.

Dosen yang akrab disapa Abah Wahid ini menyebutkan, kasus penyerangan warga Ahmadiyah di Desa Gereneng diawali perkelahian antar anak yang kemudian merembet kepada persoalan aqidah.

"Kalau kita lihat kasus di Gereneng, pemicunya kan berawal dari perkelahian antar anak, yang kemudian menyeret orangtua dan berujung konflik persoalan pemahaman keyakinan ," kata Wahid.

Dalam catatan Wahid, kasus diskriminasi terhadap jemaah Ahmadiyah di Lombok lahir dari kondisi masyarakat yang secara tiba-tiba mempunyai anggapan Ahmadiyah menyeleweng dari Islam umumnya.

Padahal masyarakat itu sendiri belum pernah mendapatkan edukasi soal aliran atau paham Ahmadiyah.

"Selama ini kan kita belum ada diajarkan tentang suatu kelompok, seperti aliran Ahmadiyah, Suni, atau ataupun ajaran lainnya. Kita cuma tiba-tiba tahu Ahmadiyah itu disebut sesat, padahal kita tidak pernah belajar soal latar belakang pemahaman kelompok  Ahmadiyah," kata Wahid.

Cara pandang Islam mayoritas yang cenderung berfikir konservatif, yang tiba-tiba menganggap jemaah Ahmadiyah sebagai kelompok sesat sangat disayangkan Wahid.

Hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk menilai suatu kelompok bersalah, sehingga memunculkan perilaku diskriminasi.

Dari pantauan kasus tersebut, Wahid menggambarkan bahwa edukasi tentang nilai toleransi beragama masihlah rendah, sehingga peran pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat sangat dibutuhkan.

Dari beberapa pengalaman kasus penyerangan Ahmadiyah, Wahid menilai pemerintah absen dalam penanganan konflik sosial tersebut.

Pemerintah harusnya tidak hanya hadir ketika terjadi konflik, kemudian diselesaikan secara hukum normatif, tapi juga harus hadir lebih masif dalam langkah-langkah pencegahan.

"Dalam beberapa kali kasus warga jemaah Ahmadiyah sejak 2006 lalu, saya kira pemerintah absen dalam melakukan pencegahan konflik semacam ini. Absen dalam artian tutup mata dalam kasus diskriminatif seperti ini," kata Wahid.

Menurut Wahid, pemikiran konservatif dapat diubah melalui jalur pendidikan formal maupun non-formal. Walaupun hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Regional
Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Regional
Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com