"Untuk mengubah cara pandang itu harus melalui edukasi, mungkin bisa dibuatkan kurikulum di sekolah seperti mengenal aliran-aliran keagamaan," kata Wahid.
Selain itu juga tak kalah berpengaruh dalam merubah cara pandang konservatif juga termasuk melalui dakwah-dakwah moderasi dari para tuan guru-tuan guru di Lombok, NTB.
Pria kelahiran Bima tersebut menyampaikan pandangan, keberagaman itu bukan sekedar suatu kelompok dapat hidup aman sendiri-sendiri, tapi keberagaman merupakan di mana kelompok-kelompok tersebut dapat saling hidup berdampingan.
Kisah kehidupan beberapa keluarga jemaah Ahmadiyah ini merupakan cerminan kecil bahwa masih adanya praktik diskriminasi di atas bumi pertiwi Indonesia terhadap kaum minoritas.
Dari catatan pengurus Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) NTB, terdapat sekitar 3.000-an warga Ahmadiyah yang tersebar di seluruh Kabupaten Kota di NTB, yang memiliki pengalaman atau kisah yang berbeda-beda.
***
Tulisan ini merupakan bagian dari program Workshop dan Story Grant Pers Mainstream yang digelar Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan Norwegian Embassy untuk Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.