Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerinduan Jemaah Ahmadiyah Ramadhan di Rumah Sendiri

Kompas.com - 23/05/2018, 12:52 WIB
Fitri Rachmawati,
Reni Susanti

Tim Redaksi

LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com - Anak-anak berlarian di lorong Mapolres Lombok Timur. Hari itu, mereka bersama keluarga bersiap meninggalkan Mapolres Lombok Timur.

Mereka akan pergi ke tempat pengungsian di Gedung Loka Latihan Kerja (LLK) Gelang, Kota Selong Lombok Timur. Setelah rumah mereka di Desa Gereneng, Kecamatan Sakra Timur, Lombok Timur, dihancurkan. 

"Mereka sudah kita pindahkan ke gedung Loka Latihan Kerja di Selong, agar fasilitas yang mereka dapatkan lebih baik serta aman," ujar AKBP M Eka Faturrahman, Selasa (22/5/2018).

Baca juga: Polisi Periksa 12 Saksi Korban Perusakan Rumah Jemaah Ahmadiyah

Saat ini, sambung Eka, pihaknya mengutamakan keselamatan jemaah Ahmadiyah lebih dahulu. Setelah itu baru menangani kasus perusakan rumah mereka. 

Bukan Pilihan

Mengungsi bukanlah pilihan jemaah Ahmadiyah dari tiga Dusun di Desa Gereneng.

Tapi mereka tidak punya pilihan setelah rumah mereka menjadi sasaran amuk massa lantaran dianggap menyebarkan ajaran Ahmadiyah. Namun jemaah Ahmadiyah menyanggah tuduhan itu.

Kini, sebanyak 8 kepala keluarga di antaranya 12 anak-anak tak bisa lagi merasakan hangatnya suasana Ramadhan di rumah sendiri. 

"Mereka anak-anak kami terpaksa ujian akhir semester (UAS) di pengungsian, tak apa asalkan pendidikan jalan terus," kata Edi Sucipto, salah seorang jemaah Ahmadiyah.

Edi Sucipto merupakan satu dari 8 kepala keluarga yang terpaksa mengungsi, karena aksi perusakan rumah oleh massa, yang dilakukan Sabtu (19/5/2018) hingga Minggu (20/5/2018) pagi.

"Saya hanya membawa baju yang melekat di badan. Semua terjadi begitu cepat. Kami hanya ingin selamat, anak-anak dan perempuan syukurlah tak ada yang terluka, semua selamat," ungkapnya sambil menghela napas

"Kami tak ada masalah selama ini, kami warga asli Dusun Gerepek, lahir dan besar di sana, semua aturan desa kami jalani dan taati, tapi memang ada yang membenci kami," lanjutnya.

Baca juga: Soal Penyerangan Ahmadiyah, PBNU Nilai Dialog Perlu Dikedepankan

Edi dan warga lainnya mengatakan, perusakan bermula dari jemaah Ahmadiyah mengajari anak-anak Dusun Gerepek, iqro'. Warga menyerahkan anak-anak mereka untuk mengaji.

"Masalahnya adalah karena ada seorang anak yang mangadu dipukul kawannya. Dari masalah kecil itu, ada pihak yang memperkeruh situasi dan menganggap kami menyebarkan ajaran Ahmadiyah. Padahal kami hanya mengajar anak-anak iqro" tutur Jasman.

Jasman kemudian menceritakan detik-detik rumahnya dihancurkan. Ia menyaksikan sendiri bagaimana massa memecahkan kaca jendela, atap dihancurkan, tembok rumah dijebol hingga nyaris roboh.

"Kami dak mau anak-anak melihat rumah mereka dihancurkan. Kami bawa mereka pergi, sementara saat itu aparat belum tiba," katanya.

Saat Jasman bercerita, anak-anak terlihat berlarian di hadapannya. Lantas mereka berlarian menuju televisi yang memutar gambar-gambar rumah mereka. 

Sejumlah ibu yang mengedong balitanya, berkaca-kaca saat menyaksikan gambar tayangan berita di salah satu stasiun tv nasional itu.

Anak-anak kemudian berteriak menunjuk rumah mereka tanpa tahu itu sebuah peristiwa menyakitkan.

Mereka kembali berlari dan membicarakan beberapa bagian tembok rumah mereka yang jebol, termasuk buku-buku pelajaran yang tertinggal di atas kasur.

"Mereka hanya anak-anak, dak tahu apa apa," kata seorang jemaah Ahmadiyah tertegun.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com