Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Beberkan Ancaman Marabahaya di Balik Fenomena Pencarian Emas di Pantai Maluku Tengah, Apa Itu?

Kompas.com - 02/04/2021, 05:30 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com - Penemuan emas di Pantai Pohon Batu, Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah ternyata memiliki dampak buruk yang harus diantisipasi.

Bahaya besar dapat terjadi akibat eksploitasi alam yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.

Apalagi, kegiatan mendulang emas dilakukan tanpa pengetahuan tentang dampak lingkungan.

Baca juga: Sederet Fakta Temuan Butiran Emas di Pesisir Pantai, Penjelasan Ahli hingga Peringatan Bupati pada Warga

Kenaikan muka laut hingga abrasi

Ribuan warga mendatangi Pantai Pohon Batu di Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah untuk.mendulangnemas, Minggu (28/3/2021)Dok.Warga Ribuan warga mendatangi Pantai Pohon Batu di Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah untuk.mendulangnemas, Minggu (28/3/2021)
Pakar lingkungan dari Universitas Pattimura Ambon, Prof Agustinus Kastanya mengatakan, dampak lingkungan yang akan ditimbulkan dari aktivitas pertambangan yang tidak terkontrol antara lain kenaikan muka laut.

Penggalian yang membuat lubang-lubang besar juga dapat menyebabkan abrasi.

"Tentu dampak penggalian di Tamilow itu mau dan tidak mau akan terjadi kenaikan muka laut air laut naik ada abrasi, serta kerusakan," ungkap Agustinus, Kamis (1/4/2021).

Apalagi Maluku berbentuk kepulauan kecil, maka risiko kerusakan lingkungan juga semakin besar.

"Kalau mau tanya saya soal itu, sebaiknya jangan dilakukan pertambangan di pulau-pulau kecil, karena daya rusaknya terlalu besar apalagi dengan adanya perubahan iklim," ungkapnya.

Baca juga: Setiap Hari Warga Ramai Mencari Emas di Pantai Maluku Tengah, Ahli: Merusak, Sebaiknya Ditutup

 

Bahaya air raksa

Guru Besar Manajemen dan Perencanaan Hutan Universitas Pattimura itu juga menyoroti bahaya penggunakan zat kimia seperti air raksa yang biasa dipakai untuk mencari emas.

"Barang itu (emas) kalau mau dapat harus ada itu (zat kimia). Mau ada atau tidak ada, tapi kalau orang mau cari jalan pintas itu di bawah. Di mana-mana sudah terjadi di semua wilayah pertambangan," ungkapnya.

Apalagi karena berada di pantai, dikhawatirkan zat kimia dapat masuk ke laut dan berdampak pada kerusakan biota laut.

"Bukan biota laut saja tapi manusia juga makan ikan di laut jadi semua kena. Kadang-kadang kita tidak mau sadari itu atau tidak mau tahu padahal kita hitung-hitung secara ekonomis tidak menguntungkan juga. Kalau dampaknya ke masyarakat juga untuk apa," tambahnya.

Baca juga: Dikira Kerja Jadi Sopir, Suami Ditangkap Densus 88, Tinggalkan Cicilan Utang Rp 1,5 Juta Per Bulan ke Istri yang Tak Bekerja

Dampak lingkungan belum diteliti, berharap ditutup

Ratusan warga Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah tengah mendulang emas di pantai dusun Pohon Batu, desa setempat, Rabu (24/3/2021)warga Tamilow: Kamarudin Ratusan warga Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah tengah mendulang emas di pantai dusun Pohon Batu, desa setempat, Rabu (24/3/2021)
Agustinus mengatakan saat ini warga sudah berbondong-bondong mendulang emas dengan menggali lubang-lubang besar di pesisir pantai di Desa Tamilow.

Padahal sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian terkait dampak lingkungan.

"Katakanlah dinas lingkungan hidup dan pertambangan coba melihat hal itu dengan cepat dan menyiapkan langkah-langkah untuk mengatur pengelolaannya," katanya.

Dia pun berharap pemerintah menutup lokasi tersebut untuk sementara. Penutupan dilakukan untuk kepentingan penelitian dan pengaturan terkait aktivitas penambangan di pantai tersebut.

"Ada baiknya ditutup dulu, tapi harus dilakukan secara baik-baik, secara persuasif," kata Agustinus.

Baca juga: Dikira Kerja Jadi Sopir, Suami Ditangkap Densus 88, Tinggalkan Cicilan Utang Rp 1,5 Juta Per Bulan ke Istri yang Tak Bekerja

Ratusan warga Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah tengah mendulang emas di pantai dusun Pohon Batu, desa setempat, Rabu (24/3/2021)warga Tamilow: Kamarudin Ratusan warga Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah tengah mendulang emas di pantai dusun Pohon Batu, desa setempat, Rabu (24/3/2021)

Emas yang ditemukan dijual

Sementara itu, salah satu penjual emas Erfin menjelaskan, setiap hari bisa membeli emas hingga 50 gram dari masyarakat Desa Tamilow setelah heboh penemuan emas di pesisir pantai desa tersebut.

"Kalau rata-rata sehari itu warga yang jual emas ke saya itu 40-50 gram," kata Erfin.

Menurutnya, setiap hari ada lebih dari 10 warga yang menjual emas hasil mendulang di Pantai Pohon Batu, Desa Tamilow itu.

"Ada yang jual 2 gram ada yang 3 gram, ada juga 5 gram tergantung kebutuhan mereka. Jadi kalau rata-rata bisa sampai 50 gram sehari," ungkapnya.

Para pembeli itu akan membeli emas dari warga yang mendulang seharga Rp 600.000 per gram.

Warga Desa Tamilow, Siti mengungkapkan dirinya telah menjual enam gram emas hasil mendulang di pantai.

Emas-emas tersebut dia gunakan untuk membeli makanan pokok sampai kebutuhan rumah.

Saya jual untuk beli beras, perabot dapur, dan untuk biaya sehari-hari," ujarnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty | Editor : David Oliver Purba, Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com