Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tribuwana Tunggadewi, Pembuka Jalan Majapahit Menuju Puncak Kejayaan

Kompas.com - 28/03/2021, 06:05 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Khairina

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada masa awal berdiri, Kerajaan Majapahit dilanda pergolakan dengan munculnya berbagai pemberontakan.

Baik pada masa Raden Wijaya maupun saat Jayanegara menjadi raja, terjadi beberapa kali peristiwa pemberontakan yang menguras energi dan konsentrasi.

Pada masa Raden Wijaya (1293 - 1309 Masehi) pemberontakan dilakukan oleh Rangga Lawe dan Lembu Sora.

Kemudian saat Jayanegara memerintah Majapahit (1309 - 1328), terjadi pemberontakan oleh Nambi dan Wiraraja, Kuti serta Tanca.

Baca juga: Berdiri pada Abad Ke-13, Ini Sejarah Kerajaan Majapahit dan Pendirinya

Jayanegara bahkan akhirnya menghembuskan napas terakhir akibat tikaman Tanca, saat berada di dalam istana.

Setelah Jayanegara meninggal, Majapahit sempat mengalami kekosongan penguasa karena tidak adanya keturunan laki-laki dari Raden Wijaya, maupun dari Jayanegara.

Maka, atas saran Gajah Mada, tampuk kepemimpinan Majapahit diserahkan kepada Tribuwana Tunggadewi yang menjabat sebagai Bhre Kahuripan, serta Rajadewi yang menjabat sebagai Bhre Dana.

Tribuwana Tunggadewi atau Rani Kahuripan dan Rajadewi atau Rani Daha, merupakan anak Raden Wijaya dari permaisuri Gayatri.

Dalam buku Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit, karya Prof. Dr. Slamet Muljana (2005), dituliskan adanya pernikahan yang dijalani oleh Tribuwana Tunggadewi dan Rajadewi pada 1328 masehi.

Tribuwana menikah dengan Sri Kertawardana dari Singasari, putra dari Cakradara. Sedangkan Rajadewi, menikah dengan Raden Kuda Amerta dari Wengker atau Bhreng Prameswara Ring Pamotan, dengan nama abiseka sri Wijayarajasa.

Menurut Slamet Muljana, Tribuwana Tunggadewi dinobatkan sebagai penguasa Majapahit pada tahun saka 1251 atau tahun masehi 1329. Dia memimpin Majapahit secara bersama-sama dengan Rajadewi.

"Menurut Nagarakretagama pupuh 49, penobatan rani Kahuripan sebagai rani Majapahit terjadi pada tahun saka 1251, setahun sesudah wafatnya raja Jayanegara," demikian tulis Slamet Muljana.

Pengangkatan Patih Gajah Mada

Di awal tugasnya sebagai pemimpin Kerajaan Majapahit, Tribuwana Tunggadewi bersama Rajadewi didampingi Aria Tadah, sebagai patih amangku bumi. Jabatan itu adalah yang tertinggi di bawah Raja Majapahit.

Di bawah kepemimpinan Tribuwana Tunggadewi, Majapahit melakukan konsolidasi internal setelah pada masa 2 raja pendahulunya, banyak disibukkan dengan upaya menumpas pemberontakan.

Pada masa Tribuwana pula, gagasan perluasan wilayah Majapahit di luar Jawa diluncurkan. Gajah Mada diangkat sebagai patih amangku bhumi, menggantikan Aria Tadah.

Baca juga: Soekarno, Raden Wijaya dan Blitar: Menengok Reruntuhan Monumen Pendiri Majapahit

Dalam buku Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (2005), Slamet Muljana menceritakan apa yang dilakukan Gajah Mada setelah jabatannya dinaikkan sebagai patih amangku bhumi di Kerajaan Majapahit.

Di hadapan Ratu Majapahit dan para menteri, Gajah Mada menyampaikan sumpah.

Dia tidak akan beristirahat sebelum bisa menyatukan beberapa wilayah nusantara di bawah pemerintahan kerajaan Majapahit.

"Jika telah berhasil menundukkan nusantara, saya baru akan istirahat. Jika Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik telah tunduk, saya baru akan beristirahat," demikian bunyi sumpah Gajah Mada, sebagaimana ditulis Slamet Muljana.

Sumpah yang disampaikan Gajah Mada menjadi program politik yang terus diperjuangkan olehnya. Perjuangan Gajah Mada menyatukan wilayah nusantara dimulai saat Majapahit dipimpin Tribuwana Tunggadewi.

Upaya Gajah Mada dilanjutkan saat Hayam Wuruk naik tahta. Wilayah kekuasaan Majapahit terus meluas, antara lain Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, termasuk Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga sebagian Maluku.

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, jejak arkeologis membuktikan bahwa Kerajaan Majapahit bukan sekedar negeri dalam dongeng.

Menurut dia, bukti-bukti arkeologis menyatakan bahwa Majapahit merupakan kerajaan yang tumbuh besar dengan peradaban maju.

"Majapahit bukan sekedar dongeng, karena bukti-bukti arkeologis menyatakan demikian," kata Wicaksono.

Dia menjelaskan, dalam meneliti dan mengkaji benda-benda purbakala untuk menemukan konteks besar narasi sejarah Majapahit, pihaknya mengacu pada prasasti, buku kakawin Negarakertagama, Kitab Pararaton, serta Kidung Wargasari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com