CIANJUR, KOMPAS.com – Sacha inchi atau juga biasa disebut kacang Inca merupakan jenis tanaman yang diproduksi bijinya untuk aneka produk.
Bijinya pun bisa dijadikan camilan setelah digoreng atau disangrai
Bentuk kacang ini menyerupai bintang dengan tekstur kulit yang keras dan berlapis.
Namun, di kalangan petani domestik, tanaman yang berasal dari hutan Amazon Peru ini belum begitu populer.
Padahal, di negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand, tanaman dengan nama latin Plukenetia volubilis ini menjadi andalan petani setempat karena punya nilai jual fantastis.
Baca juga: Petani Cianjur Sukses Panen Tanaman Asli Hutan Amazon
Di pasaran, 1 kilogram biji atau kacang Inca dibanderol Rp 20.000-Rp80.000. Sedangkan untuk bibit siap tanam di kisaran Rp 20.000-Rp 50.000 per pohon.
Sementara, untuk kacang Inca yang telah diolah menjadi minyak, nilai jualnya jauh lebih fantastis, di kisaran Rp1 juta per liter.
Bahkan, untuk minyak sacha inchi kualitas super harga per liternya bisa mencapai Rp 6 juta.
Karenanya, sacha inchi masuk kategori superfood dan diklaim sebagai tanaman azimat.
Belum populer
Sejauh ini, budidaya sacha inchi baru dilirik sebagian kecil petani lokal, salah satunya Luki Lukmanulhakim, 47 tahun, petani asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Luki sendiri telah menanam sacha inchi dua tahun lalu di atas lahan seluas 3 hektare.
Baca juga: Melirik Budidaya Superfood Sacha Inchi, Daun, Biji, Cangkang hingga Ampasnya Bernilai Ekonomi
Namun, sejauh ini hasil panennya baru diolah sebagai bibit.
“Jadi, ini semacam kebun bibit, kebun R and D (Riset and Development),“ ujar insinyur jebolan Universitas Winaya Mukti Sumedang ini kepada Kompas.com, Sabtu (27/3/2021).
Ke depan, Luki berharap sudah bisa mengolah kacang Inca menjadi berbagai produk.