Sementara Yurdi Yasmi, Director for Southeast Asia International Rice Research Institute (IRRI), diaspora yang bekerja di Phnom Penh, Kamboja menambahkan, ada sejumlah hal yang harus dipersiapkan jika ingin melamar kerja di lembaga internasional.
Antara lain, kenali lembaga tersebut, siapkan kualifikasi akademis dan pengalaman kerja, surat lamaran kerja dan CV harus luar biasa, serta ikuti wawancara dan tes tertulisnya.
Pendidikan dan pengalaman kerja saja tidak cukup, musti dibekali dengan kemampuan berbahasa lisan dan tulisan yang baik, serta aneka prestasi lain.
"Misal jika ingin melamar kerja di lembaga penelitian asing, bisa dibubuhkan karya-karya ilmiahnya yang relevan saat melamar," kata Yurdi, sebagai salah satu nara sumber dalam webinar tersebut.
Baca juga: Jokowi: Kalau Skill Tak Diperbaiki Tiap Hari, Hilang Kita
Said menambahkan, rata-rata yang masuk ke ADB adalah lulusan S2 dan sudah memiliki pengalaman bekerja di lembaga asing lain. Namun, latar belakang kampus jika semua dari Indonesia bukan halangan untuk bekerja di lembaga internasional.
"(yang diterima) kebanyakan dari universitas yang reputable, bisa S1 dan S2 di Indonesia tidak masalah, tidak harus (S1 dan S2) di negara maju," katanya.
Maya Juwita, Excecutive Director, Indonesia Business, Coalition for Women Empowerment (IBWCE) menambahkan, soal umur bukanlah halangan bagi seseorang untuk melamar sebab rata-rata lembaga internasional tidak menerapkan diskriminasi usia.
Namum, lamarlah yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. "Misal kalau usia sudah 45, ya jangan ambil lamaran untuk posisi pemula," katanya, dalam webinar.
Baca juga: 10 Skill Paling Banyak Dicari di Dunia Teknologi Saat Ini
Maya mengatakan, sejumlah skill yang harus dipersiapkan oleh pelamar adalah kemampuan berbahasa asing terutama bahasa Inggris yang baik, serta kemampuan menguasai teknologi digital yang baik.
Menurut Maya, kemampuan gunakan bahasa Inggris baik verbal dan tertulis merupakan keharusan saat melamar pekerjaan di lembaga internasional.
Sebagai ahli di bidang human resources (HR), Maya menilai rata-rata pelamar punya CV dan surat lamaran dalam Bahasa Inggris bagus, tapi saat interview ternyata tata bahasa lisannya berantakan.
Baca juga: Sulit Belajar Menulis Bahasa Inggris, Ini Tipsnya agar Mudah
"Kalau saat wawancara lisan, Bahasa Inggris beraksen tidak apa-apa (misal aksen Jawa, Sunda dll) karena semua orang di dunia tak ada yang sempurna bahasa Inggrisnya, bahkan kita bisa tahu dia dari negara mana dengan aksen tersebut. Pelamar lembaga internasional harus punya English proficiency yang bagus, maksudnya itu dari tata bahasa, pakai bahasa yang baik saat berkomunikasi," paparnya.
"Ada anggapan orang Indonesia akan dimaafkan jika bahasa Inggrisnya kurang bagus karena bahasa Inggris bukan bahasa ibu. Itu anggapan yang salah, sebab bahasa Inggris adalah bahasa standar di semua lembaga internasional," lanjutnya.
Ia juga menambahkan, pelamar harus punya "Digital fluency". "Sekarang zamannya Zoom, kerja semuanya ada di cloud, di-Google Drive, kalau enggak ada digital fluency, itu gawat," katanya.
Baca juga: Generasi Alpha Sangat Melek Teknologi, Orangtua Harus Bagaimana?