Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani di NTB Khawatir Rencana Impor Beras Buat Harga Padi Merosot

Kompas.com - 20/03/2021, 11:28 WIB
Idham Khalid,
Dony Aprian

Tim Redaksi

LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Rencana pemerintah pusat melakukan impor beras menuai protes dari kalangan petani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Petani di Desa Gemel, Lombok Tengah, Akhyar Rosidi (33) mengaku khawatir rencana impor beras membuat harga padi merosot di tengah panen raya.

"Jangan sampai saat penen harga padi turun dengan adanya impor beras, seharusnya pemerintah berani beli gabah petani dengan harga yang lebih menguntungkan petani," kata Akhyar, Jumat (19/3/2021).

Akhyar menyampaikan, pengeluaran biaya produksi pada musim tanam tahun ini sangat tinggi, mengingat kelangkaan pupuk subsidi.

Sehingga harus membeli mahal kepada pengepul.

"Apalagi kemarin pupuk sempat langka, petani butuh dukungan semangat dari Pemerintah, dalam hal ketersediaan pupuk yang murah dan selain itu harga gabah harus bisa dijaga saat panen raya," kata Akhyar.

Baca juga: Ganjar soal Rencana Pemerintah Impor Beras: Nanti Saja Lah, Terlalu Dini

Dalam setiap musim tanam padi, ia mengeluarkan biaya produksi sekitar Rp 3 juta untuk membeli benih, ongkos membajak traktor, pupuk, buruh dan lainnya.

Karena itu, Akhyar menolak rencana impor beras dan meminta pemerintah mengutamakan produksi pertanian.

Senada dengan Akhyar, petani muda Supardi (28) asal Desa Mampe, Lombok Timur, menyayangkan rencana impor beras di tengah panen raya di Lombok.

"Kenapa harus impor beras, kita sedang panen raya, kebutuhan pangan kita kan tercukupi bahkan surplus," kata Supardi.

Meski baru sebatas rencana, kata Supardi, kondisi tersebut biasanya dimanfaatkan oleh oknum para tengkulak untuk memainkan harga.

"Ini yang biasanya dimanfaatkan para pengepul, walaupun masih sebatas wacana tapi faktanya di lapangan, kadang harga padi kering giling yang biasanya Rp 400.000 per kuintal, ada yang turun menjadi Rp 390.000, Rp 385.000," kata Supardi.

"Kalau memang pemerintah sigap, mau menyelamatkan ekonomi petani, di tengah situasi Covid-19 ini, iya tentu harus memberdayakan hasil petani-petani kita," sambungnya.

Baca juga: Petani: Harusnya Pemerintah Stabilkan Harga di Pasaran, Bukan Impor Beras

Sementara itu, seorang petani di Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya, Humam Balya mengatakan, wacana kebijakan pemerintah tersebut hadir pada waktu yang tidak tepat.

Menurut Balya, rencana impor beras akan menganggu stabilitas harga padi saat panen raya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebakaran Gudang BBM di Lampung, Api Sempat Menyambar Mobil Pemadam

Kebakaran Gudang BBM di Lampung, Api Sempat Menyambar Mobil Pemadam

Regional
Heboh Perampokan Klinik Kecantikan di Padang, Hoaks untuk Konten Medsos

Heboh Perampokan Klinik Kecantikan di Padang, Hoaks untuk Konten Medsos

Regional
Jadi Bakal Calon Gubernur Banten, Dimyati Janji Gratiskan Pendidikan TK sampai S3

Jadi Bakal Calon Gubernur Banten, Dimyati Janji Gratiskan Pendidikan TK sampai S3

Regional
Suami di Bogor Pukul Istri Usai Disusul dan Disuruh Pulang Saat Nongkrong

Suami di Bogor Pukul Istri Usai Disusul dan Disuruh Pulang Saat Nongkrong

Regional
Duel Berujung Maut Dua Pria di Bogor, Korban Dianiaya Sempat Minta Tolong Warga

Duel Berujung Maut Dua Pria di Bogor, Korban Dianiaya Sempat Minta Tolong Warga

Regional
Presiden Jokowi Akan Panen Raya Jagung di Sumbawa, 710 Personel Keamanan Disiagakan

Presiden Jokowi Akan Panen Raya Jagung di Sumbawa, 710 Personel Keamanan Disiagakan

Regional
Buruh Semarang Mengeluh 'Terlindas' Gaji Rendah dan Tingginya Biaya Pendidikan Anak

Buruh Semarang Mengeluh "Terlindas" Gaji Rendah dan Tingginya Biaya Pendidikan Anak

Regional
Anak Punk Tewas Terlindas Saat Cegat Truk di Magelang

Anak Punk Tewas Terlindas Saat Cegat Truk di Magelang

Regional
KKB Bakar Gedung SD di Intan Jaya

KKB Bakar Gedung SD di Intan Jaya

Regional
Komplotan di Palembang Jual 50.000 Nomor WhatsApp ke China dan Pakai buat Judi 'Online'

Komplotan di Palembang Jual 50.000 Nomor WhatsApp ke China dan Pakai buat Judi "Online"

Regional
Gempa M 4,9 Guncang Rote Ndao, NTT

Gempa M 4,9 Guncang Rote Ndao, NTT

Regional
Tak Ada Demo, Hari Buruh di Banyumas Diisi dengan Senam dan Bagi-bagi Hadiah

Tak Ada Demo, Hari Buruh di Banyumas Diisi dengan Senam dan Bagi-bagi Hadiah

Regional
PKB Semarang Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Lima Nama Sudah Antre

PKB Semarang Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Lima Nama Sudah Antre

Regional
Nasib Ratusan Buruh Smelter Timah di Bangka yang Dirumahkan, Hak Diduga Belum Diberikan

Nasib Ratusan Buruh Smelter Timah di Bangka yang Dirumahkan, Hak Diduga Belum Diberikan

Regional
Harga Bawang Merah di Kebumen Tembus Rp 70.000 Per Kilogram

Harga Bawang Merah di Kebumen Tembus Rp 70.000 Per Kilogram

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com