‘’Sekarang kita produksi sekadarnya saja, geografis Krayan membuat pemasaran serba terbatas. Dan imbasnya pemasukan juga tidak seperti sebelum pandemi," imbuh Yosep.
Sekretaris Lembaga Percepatan Perluasan Pembangunan Perbatasan Krayan (LP4K) Helmi Pudaaslikar menyayangkan potensi garam gunung Krayan yang masih belum mendapat perhatian layak hingga saat ini.
Padahal, kata Helmi, jika 11 sumber garam gunung aktif, kebutuhan garam diyakini surplus, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan Kalimantan Utara.
‘’Sebenarnya masih banyak sumber garam gunung yang ditemukan orang tua kita dulu belum tergarap. Itu yang sebelas sumber saja, kalau digarap semua dan dijual ke Malaysia sudah pasti laku keras. Tapi tidak begitu dengan Indonesia, masih terisolirnya Krayan jadi alasan utama kenapa pemasaran garam Krayan lebih menitik beratkan Malaysia,’’jelasnya.
Helmi mengatakan, keberadaan garam gunung Krayan pernah menjadi penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB).
Keberadaan sumur garam di gunung, terbentuk akibat proses geology yang berlangsung miliaran tahun.
Terjadi pergeseran lempeng bumi yang membentuk dataran tinggi, sehingga garam di dasar samudera lalu terperangkap di sana.
"Kalau bicara potensi, itu potensinya tak terbatas, lempeng itu menyatu sampai Malaysia. IPB menyebut lempengan itu menyatu sampai jajaran gunung Khucing di Serawak Malaysia. Tidak heran kalau di Bakelalan dan Ba’Rio Malaysia juga ada sumur garam," katanya.
Selain sumur garam, dataran tinggi Krayan juga memiliki sumber air garam yang berpotensi menghasilkan garam dalam skala lebih besar.
Menurut dia, jika sumur garam hanya bisa menghasilkan 25 kg per hari, sumber air garam dikatakan memiliki potensi jauh lebih besar dari itu.
Sumber air garam tersebut ada di Desa Long Layu. Terdapat sumber mata air yang keluar dari celah bukit.
Debit air yang mengalir cukup kuat dan deras, bahkan tidak pernah kering.
Di bawah aliran air terdapat semacam bak tercipta dari adanya penguapan air yang kemudian mengkristal menjadi garam.
Jarak dari Long Layu ke lokasi tersebut sejauh 8 jam berjalan kaki, sehingga potensi garam yang melimpah itupun belum terjamah.
"Itu lokasinya sebelum masuk kampung Pa’ Dalih Malaysia, tapi masih Long Layu. Jadi kita punya potensi garam yang cukup besar di Krayan sebenarnya," tuturnya.