Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garam Tak Laku Lagi, Buruh Angkut di Pesisir Demak Alih Profesi Cari Kepiting

Kompas.com - 16/03/2021, 13:58 WIB
Ari Widodo,
Khairina

Tim Redaksi

 

DEMAK,KOMPAS.com - Selain petani garam, para pekerja pengangkut garam juga menjadi subjek yang terkena imbas langsung ketika produsen garam lokal terancam gulung tikar karena kalah saing dengan garam impor.

Hartono (40) warga Desa Berahan, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah yang bermata pencaharian sebagai buruh angkut garam dari lahan produksi ke mobil pengangkut menuturkan, sudah hampir dua tahun ini penghasilannya berkurang karena beberapa faktor.

Faktor pertama yakni para petani garam di wilayahnya banyak yang enggan berproduksi karena harga garam yang merosot drastis.

Baca juga: Jeritan Petani Garam di Tengah Rencana Pemerintah Impor Garam: Ribuan Kantong Tertimbun di Gudang

Selain itu, pembeli juga makin jarang, terbukti dengan makin langkanya truk pengangkut garam yang datang ke lokasi pembuatan garam maupun gudang penyimpanannya.

"Dulu saya dan kawan kawan pengangkut garam biasanya mengangkut bersak sak garam ke 15 truk per hari. Sekarang ada 5 truk yang datang mengambil garam saja sudah bersyukur," ucap Hartono kepada Kompas.com, Senin (15/3/2021).

Lelaki yang tinggal di rumah tua berdinding papan tersebut mengatakan,  ia mendengar desas desus impor garam yang menyebabkan garam lokal menjadi makin murah karena kualitasnya tak sebagus garam dari luar negeri.

Ia hanya menyayangkan jika para petani makin enggan berproduksi dan para pembeli tak melirik garam di desanya lagi maka sumber rezekinya akan terancam.

"Sementara saya tidak bekerja mengangkati garam. Sehari hari saya mencari kepiting atau ikan untuk lauk dan dijual untuk menyambung hidup," kata Hartono.

Baca juga: Buka Keran Impor, Pemerintah Dianggap Tak Punya Desain Pengembangan Industri Garam

Sementara itu, Bisri Purwanto (34) Kepala Desa Berahan Wetan, Kecamatan Wedung, Demak yang ditemui di kediamannya, mengatakan, pihaknya sudah berupaya untuk mencari solusi bagi warganya yang makin nelangsa akibat rendahnya harga garam.

Salah satu usahanya yakni dengan mendirikan BUMDes yang bergerak di bidang distribusi garam.

Pihak BUMDes membeli garam dari para petani dan mengumpulkan di gudang sebelum disalurkan ke dunia usaha atau dunia industri yang membutuhkan.

Malang tak dapat ditolak, sebelum distribusi garam lancar ternyata harganya terjun bebas sehingga tak mampu menutup harga pembelian awalnya.

Jika dipaksakan dijual, maka BUMDes akan mengalami kerugian yang sangat besar.

Belum selesai dengan permasalahan harga yang merosot tajam, kini ia mendapat berita jika pemerintah kembali mengimpor jutaan ton garam ke Indonesia.

Bisri Purwanto mengatakan pihaknya sering menerima keluhan warga terkait impor garam tersebut.

"Warga butuhnya support pemerintah untuk meningkatkan kualitas produksi garam dan upaya penampungan atau penyaluran garam kepada pembeli," ungkap Bisri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Napak Tilas 2 Abad Traktat London, BI Pamerkan Uang Kuno

Napak Tilas 2 Abad Traktat London, BI Pamerkan Uang Kuno

Regional
2 Pembeli Cula Badak Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

2 Pembeli Cula Badak Taman Nasional Ujung Kulon Ditangkap

Regional
Aniaya 2 'Debt Collector', Aiptu FN Sudah Jadi Tersangka

Aniaya 2 "Debt Collector", Aiptu FN Sudah Jadi Tersangka

Regional
Kunci di Balik Kegigihaan Ernando Ari, Ada Doa Ibu yang Tak Pernah Padam

Kunci di Balik Kegigihaan Ernando Ari, Ada Doa Ibu yang Tak Pernah Padam

Regional
Karyawan Warung Bakso di Semarang Perkosa Rekan Kerjanya, Pelaku: Saya Nafsu

Karyawan Warung Bakso di Semarang Perkosa Rekan Kerjanya, Pelaku: Saya Nafsu

Regional
Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Regional
Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Regional
Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Regional
Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Regional
Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Regional
Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi 'Online' di Warung Kopi

3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi "Online" di Warung Kopi

Regional
Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Regional
Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Regional
Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com