Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Impor Beras Pemerintah Tuai Protes, Petani: Beban Hidup Bertambah

Kompas.com - 19/03/2021, 12:08 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Rencana pemerintah mengimpor beras menuai protes petani dan sejumlah pengusaha di Karawang, Jawa Barat.

Salah satunya Ketua Kelompok Tani (Poktan) Mulyatani, Kecamatan Pakisjaya, Samsudin. Dirinya menyebutkan impor beras akan menambah beban hidup petani.

Apalagi belum lama ini pemerintah mengurangi kuota pupuk bersubsidi dan menaikan harganya yang berdampak pada naiknya biaya produksi.

Baca juga: Kisah Lengkap Abrip Asep, Hilang Saat BKO Tsunami 2004 di Aceh hingga Ditemukan di RSJ

"Beban petani bakal bertambah, jika impor beras jadi dilakukan," ucapnya.

Lebih lanjut Samsudin menggambarkan kondisi harga pupuk saat ini. Ternyata, menurutnya, tidak sebanding dengan harga gabah. 

"Gabah kering panen (GKP) hanya laku Rp 4.100 per kilogram. Padahal idealnya Rp 5.000 per kilogram agar biaya produksi tertutup," kata Samsudin.

Soal gabah dan stok beras

Ilustrasi petani garam.KRISTIANTO PURNOMO/Kompas.com Ilustrasi petani garam.
Sementara itu, Beri Tohari, petani muda asal Desa Ciranggon Kecamatan Majalaya, menyebutkan, rencana pemerintah itu tidak berpihak kepada petani. Alasannya, kondisi petani saat ini tengah sulit karena pandemi corona.

Selain itu, Beri mengkhawatirkan soal harga beras lokal yang akan anjlok jika pemerintah benar-benar mengimpor beras.

Beri justru meminta pemerintah tidak impor beras, namun mengolah gabah milik petani secara maksimal.  

"Jika ingin menyiapkan stok pangan, sebaiknya pemerintah menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya dengan harga layak," kata Beri saat dihubungi.

Baca juga: Kalau Gabah Kami Kurang Bagus karena Hujan, Sediakan Solusi, Jangan Malah Impor Beras...

 

Jelang panen

Ilustrasi petaniSHUTTERSTOCK.com/FENLIOQ Ilustrasi petani

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Pedagang Beras Pasar Johar, Karawang, Sri Narbito.

Impor beras menjelang musim panen, menurutnya, tidak tepat. Kondisi itu akan memicu turunnya harga beras.

"Ya tentu saja (menolak). Karena dampaknya menurunkan harga. Kalau pemerintah perlu untuk stabilisasi harga okelah. Tapi saat ini tidak tepat, karena harga sudah mulai turun," ungkap Sri ditemui di Toko Beras Astu, Kamis (18/3/2021).

Selain itu, kata dia, akibat harga turun para pedagang biasanya mengurangi pembelian beras. Hal itu akan berdampak stok beras menumpuk di penggilingan.

"Karena beras banjir di pasar, harga turun, cenderung turun dan turunnya agak banyak. Yang bulan lalu dijual Rp 8.800 sekarang Rp 7.800," ungkap Sri yang sudah 25 tahun jadi pedagang beras itu.

Baca juga: Mengingat Lagi Janji Jokowi Tolak Impor Beras Saat Pilpres

Mentan: Baru wacana...

Menanggapi banyaknya protes dari sejumlah pihak, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan, kebijakan impor beras 1 juta ton baru bersifat wacana.

Dirinya menyatakan, pemerintah hingga saat ini belum merealisasikan wacana tersebut.

"Secara jujur ingin saya katakan kepada forum ini bahwa rencana impor itu baru dalam wacana, dan saya sama sekali belum pernah melihat ada sebuah keputusan yang pasti terhadap itu," ujar Syahrul dalam rapat, kerja dengan Komisi IV DPR RI, Kamis (18/3/2021).

(Penulis: Kontributor Karawang, Farida Farhan, Yohana Artha Uly | Editor: Aprillia Ika, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Raih Gelar Doktor, Walkot Semarang Lulus dengan Predikat Summa Cum Laude

Regional
Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Gibran Sebut Prabowo Rangkul Tokoh di Luar Koalisi Pilpres 2024

Regional
Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Sosok Supriyanto Pembunuh Kekasih di Wonogiri, Residivis Kasus Pembunuhan dan KDRT

Regional
Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Kilas Daerah
Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Regional
Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Regional
Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Regional
Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Regional
4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

Regional
3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

Regional
Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Regional
Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Regional
Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Regional
Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com