BANJARMASIN, KOMPAS.com - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Birhasani menilai Kalsel sebenarnya tidak membutuhkan beras impor.
Pasalnya, Kalsel merupakan salah satu daerah yang mengalami surplus beras.
Total produksi beras di Kalsel pada 2020 sebanyak 2,1 juta ton lebih sehingga terjadi surplus 1,7 juta ton.
"Kalsel kan swasembada beras, katanya surplus tapi bukan berati tidak perlu impor," ujar Birhasani saat dikonfirmasi, Rabu (17/3/2021).
Baca juga: Ridwan Kamil: Daripada Impor Beras Mending Beli Produk dari Jabar yang Melimpah
Kendati demikian, pihaknya mengharapkan ada ketersediaan beras impor karena tidak semua warga Kalsel menyukai beras lokal yang ada di pasaran.
"Masyarakat Kalsel itu kan beragam dengan berbagai selera, pasti ada yang kurang bahkan tidak suka beras Kalsel, sehingga diperlukan juga beras luar Kalsel," jelasnya.
Dia mencotohkan, pasar di Kalsel banyak yang menjual beras dari Jawa, Sulawesi dan juga Vietnam.
Oleh karena itu, Disperindag tetap harus menjamin ketersedian beras impor di pasaran.
"Misalnya beras Jawa, bahkan sangat mungkin sekali ada yang suka beras Vietnam dan lain-lain sehingga pasar atau pedagang perlu menyiapkannya, karena pembelinya memang ada," pungkasnya.
Baca juga: Ridwan Kamil Minta Pusat Tunda Impor Beras karena Jabar Surplus
Birhasani menambahkan, beras yang ada di pelaku usaha, distributor dan pedagang besar di kabupaten dan juga Bulog per tanggal 15 Maret 2021 sebanyak 53.083 ton.
Jumlah itu mampu menjaga ketersedian beras selama beberapa bulan ke depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.