Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan amunisi dan granat aktif oleh Satgas Pamtas RI – Malaysia Yonarhanud 16/SBC di Pegunungan Putao atau lebih dikenal Gunung Ghurka di wilayah tersebut.
"Jadi sekalipun ada iming-iming Malaysia supaya kami pindah, kami katakan tidak! Biar sejengkal, kami tidak rela tanah Indonesia hilang dari kami, kami teguh menjaga sumpah," tegasnya.
Selain itu, ada petuah yang menjadi pegangan oleh warga adat dalam mempertahankan NKRI. Kalimat tersebut adalah, ’Lumuat mingkotoh amarinding ra pamahunan’
"Berdiri teguh menjaga dan menjadi benteng patok hidup di perbatasan," kata Justinus penuh semangat dalam melafalkan kalimat sakral tersebut.
Baca juga: Sabu 50 Kg Ditemukan di Perbatasan Kalbar, BNN: Masuk Lewat Jalur Tikus
Untuk menjaga semangat cinta NKRI, ketua adat dan veteran di Lumbis Hulu selalu menyisipkan sebuah kisah perjuangan.
Baik kisah heroik zaman revolusi ataupun konfrontasi.
"Kami masih memiliki seorang veteran konfrontasi yang masih hidup. Namanya Pak Tukang, beliau yang aktif berhikayat bersama ketua adat. Cerita perjuangan dan budaya adat Tahol selalu terselip dalam setiap kisah yang diceritakan," kata Justinus.
Selain itu, ada warisan turun temurun yang selama ini menjadi wanti wanti sekaligus sebagai wasiat nenek moyang Dayak Tahol.
Di mana pun suku Dayak Tahol berada, dia wajib memiliki tanah di kampung halaman.
Hal tersebut untuk menjaga tanah adat dan tanah ulayat masuk ke Malaysia.
Sebagai informasi, sejumlah daerah di Kecamatan Lumbis Hulu sudah jadi perebutan sejak masa penjajahan.
Baca juga: Miris, 5 Guru Honorer di Nunukan Hanya Digaji Rp 32.500 Per Bulan
Pada 1915, ketika Indonesia masih di bawah penjahanan kolonial Hindia Belanda, wilayah ini menjadi sengketa dengan Kerajaan Inggris yang kala itu menduduki Malaysia.
Kedua negara tersebut berebut jajahan sehingga masih ada sekitar 4.800 hektar di wilayah ini, belum dirampungkan pengukurannya.
"Lokasi OBP itu di sekitar sungai Sinapat yang ada di Lumbis Hulu, dari patok B 2700 sampai B 3100. Luasnya sekitar 4.800 hektar," jelas Justinus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.