Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kampung Dapur 12 di Kota Batam, Dulu Jadi Pemasok Arang untuk Warga Singapura

Kompas.com - 21/02/2021, 09:10 WIB
Rachmawati

Editor

Namun ada juga tauke yang mengumpulkan arang dari penduduk dan jika jumlahnya sudah banyak akan dibawa ke Singapura.

Baca juga: Arang hingga Cuka, Bahan Ini Bisa Usir Bau Tak Sedap di Lemari

Ada 12 dapur arang berukuran besar

Dari cerita tutur masyarakat sekitar, di Kampung Tanjung Atok Itam ada 12 dapur arang berukuran besar.

Namun saat ini hanya ada beberapa dapur arang yang tersisa. Satu dapur arang berukuran besar dengan tinggi limer meter dan luas lebih dari 25 meter. Satu dapur arang bisa menghasilkan 30 ton arang dengan pembakaran antara 1 bulan hingga 1,5 bulan.

Dua dapur arang dibangun oleh ayah Samyong, seorang tauke arang yang berasal dari Singapura.

Tony A Samyong (Sam Hiong) adalah salah seorang pejuang pada zaman konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.

Baca juga: Kenapa Sate Dibakar Pakai Arang Rasanya Lebih Enak? Ini Alasannya...

Saat Samyong masih kecil, ia dan ayahnya hijrah dari Singapura ke Batam dan mendirikan usaha dapur arang yang diteruskan oleh Samyong.

Diceritakan saat Samyong berusia 12 tahun di tahun 1947, ia sudah terjun membuat arang membantu ayahnya.

Di masa kejayaannya, satu dapur arang bisa menghasilkan hampir 30 ton arang yang dijual ke Singapura dengan mata uang dollar Singapura.

Selain di Dapur 12, keluarga Samyong juga memiliki dapur arang di Seijodoh dan menjadi satu-satunya usaha dapur arang di lokasi tersebut. Kala itu, masyarakat melayu di Seijodoh masih bekerja sebagai nelayan dan sebagian berkebun.

Baca juga: Jadi Komoditas Ekspor, Bahan Baku Briket Arang di Jawa Tengah Mulai Langka

Usaha dapur arang juga ditemukan di hampir semua pesisir Batam dan muara sungai seperti Seijodoh, Duriangkang, Dapur 12, Sungai Buluh dan tempat lainnya.

Selain dekat dengan bahan utama yakni kayu bakau, pemilihan lokasi di muara sungai dan pesisir adalah untuk memudahkan mengirim arang dengan perahu ke Singpaura.

Kala itu banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari dapur arang.

Namun sekitar tahun 1980 usaha dapur arang tersebut sudah tidak bisa bertahan, karena bahan yang digunakan sudah mulai menipis.

Baca juga: Berpotensi Jadi Nomor Satu Dunia, Kementan Genjot Ekspor Arang Kelapa

Mulai berkurangnya bahan yang akan diproduksi dapur arang tidak bisa semua digunakan hanya beberapa dapur yang bisa digunakan.

Seiring berjalannya waktu bisnis dapur arang sudah tidak bisa beroperasi karena bahan sudah tidak ada dan Batam sudah dibangun oleh pemerintah pusat.

Saat ini usaha dapur arang tersebut hanya tinggal kenangan dan tidak adalagi aktivitas pembakaran arang. Bahkan dapurnya pun sudah lapuk dimakan usia karena tidak pernah digunakan.

Untuk mengenang sejarah maka tetua Kampung Tanjung Atok Itam sepakat memberi nama kampung mereka menjadi Kampung Tua Dapur 12.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com