Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Klaster Pesantren Tasikmalaya, 157 Santri Dievakusi 21 Ambulans karena Demam dan Sesak Napas

Kompas.com - 17/02/2021, 11:11 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebanyak 375 santri di salah satu pesantren di Tasikmalaya dinyatakan positif Covid-19.

Sebagian dari mereka kemudian dievakusi menggunakan 21 ambulans sejak Senin (15/2/2021) ke beberapa pusat lokasi isolasi darurat.

Antara lain di RSUD Soekardjo, RSUD Type D Dewi Sartika Kawalu, dan Hotel Crown yang dijadikan tempat penampungan pasien positif Covid-19.

Total ada 153 santri yang dievakusi karena mereka memiliki gejala demam dan sesak napas. Sementara sisanya sebanyak 222 santri menjalani isolasi di lingkungan pesantren.

Baca juga: Muncul Klaster Pesantren di Tasikmalaya, 380 Orang Positif Covid-19

Selain itu semua santri dilarang untuk pulang. Total ada seribu orang lebih yang terdiri dari santri, guru dan pengurus pesantren yang menjalani tes swab.

Tes PCR dilakukan setelah ditemukan puluhan santri yang sakit bergejala Covid-19.

Sejak Senin (15/2/2021), pondok pesantren tersebut diisolasi dan dijaga ketat TNI-Polri selama 24 jam.

"Kemarin kita sudah cek langsung ke pesantren itu. Sejak kemarin pesantren itu di lockdown dan dijaga petugas TNI-Polri selama 24 jam. Kemarin juga semua unsur pimpinan daerah di Kota Tasikmalaya semuanya ikut memantau," kata Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya Muhammad Yusuf, kepada Kompas.com, Selasa (16/2/2021)

Baca juga: Setelah Muncul Klaster Pesantren Tasikmalaya, Polisi Mendirikan 4 Pos Rapid Test

Berawal dari belajar tatap muka

Puluhan ambulans Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengevakuasi ratusan pasien Covid-19 klaster pesantren ke lokasi isolasi darurat di Hotel Crown Tasikmalaya, Selasa (16/2/2021).KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Puluhan ambulans Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengevakuasi ratusan pasien Covid-19 klaster pesantren ke lokasi isolasi darurat di Hotel Crown Tasikmalaya, Selasa (16/2/2021).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra Hendriana menjelaskan dugaan munculnya klaster pesantren di Tasikmalaya.

Menurutnya klaster itu diduga berawal dari beberapa santri yang baru datang dan ikut proses belajar mengajar tatap muka di pesantren tersebut.

Beberapa hari kemudian, puluhan santri mengalami gejala tak bisa merasakan indra penciuman. Lalu ada 16 santri yang menjalani tes swab., Hasilnya 3 orang dinyatakan positif Covid-19.

Baca juga: Klaster Pesantren Merebak di Tasikmalaya, Bangunan Isolasi Darurat Sampai Tak Muat....

Petugas kesehatan kemudian melakukan tracing dan melakukan tes pada 832 orang yang sebagian besar adalah para santri.

Dari total sampel itu diketahui 45 persennya atau sebanyak 375 orang positif corona hasil tes swab PCR.

"Ada tambahan lagi 5 santri positif dan jumlahnya menjadi 380 orang dan sisanya negatif hasilnya," tambahnya.

Dari 380 warga pesantren yang positif Covid-19, 159 orang adalah santri putra, 171 santri putri, dan 50 orang pengajar.

Bagi santri yang bergejala dan pengajar yang berusia 50 tahun ditempatkan di RSUD dr Soekardjo.

Baca juga: 375 Santri Tasikmalaya Positif Covid-19, Plt Wali Kota: Antisipasi Seharusnya Dilakukan Kemenag

Sulit diantisipasi

Pos Lalu Lintas Polresta Tasikmalaya penjagaan perbatasan dijadikan tempat tes antigen keluar masuk kendaraan.KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Pos Lalu Lintas Polresta Tasikmalaya penjagaan perbatasan dijadikan tempat tes antigen keluar masuk kendaraan.
Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf mengatakan, kemunculan klaster pesantren sulit untuk diantisipasi.

Soalnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya tak memiliki wewenang untuk menghentikan kegiatan di lingkungan pesantren.

Yusuf menilai antisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren seharusnya dapat dilakukan oleh Kementerian Agama ( Kemenag).

"Kita sudah tugaskan Kemenag untuk terus memonitor kegiatan yang bersifat keagamaan, termasuk di dalamnya pesantren," jelas Yusuf kepada wartawan di Bale Kota Tasikmalaya, Senin (15/2/2021).

Baca juga: Pergerakan Tanah di Babakaran Jeruk Tasikmalaya Rusak Bangunan SD hingga Rumah, Warga Mulai Mengungsi

Ia menegaskan kegiatan di pesantren tersebut akan dihentikan dan tak boleh ada aktivitas keluar masuk secara bebas ke lingkungan pesantren tersebut.

"Tak boleh ada keluar masuk, siapapun termasuk keluarga santri yang hendak masuk tersebut diwajibkan membawa surat keterangan hasil tes swab atau rapid test bebas Covid-19," pungkasnya.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, jumlah total angka terkonfirmasi positif covid-19 tercatat 3.891 kasus di antaranya 3.065 orang dinyatakan sembuh, 758 pasien masih mendapat perawatan dan 68 orang meninggal dunia.

Selama ini, peningkatan kasus yang terjadi didominasi oleh klaster pesantren dan keluarga.

Baca juga: Rumah Lawas di Tasikmalaya Digerebek Polisi, Jadi Gudang Penimbunan Ratusan Botol Miras

Bantuan disalurkan, polisi dirikan 4 pos rapid test

Ilustrasi rapid test antigen(SHUTTERSTOCK)KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Ilustrasi rapid test antigen(SHUTTERSTOCK)
Yusuf mengatakan bantuan darurat pun telah disalurkan ke pihak pesantren melalui Dinas Sosial setempat.

"Sekarang ada klaster pesantren dan adanya peningkatan padahal sebelumnya cukup landai. Pesantren ini terpaksa ditutup tak boleh ada yang keluar masuk lingkungan pesantren."

"Kalau lingkungan sekitarnya tak apa-apa asalkan bisa jaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. Pesantren pun dijaga oleh Satgas yang didalamnya termasuk anggota TNI, Polri yang berjaga selama 24 jam," kata Yusuf.

Sementara itu Satuan Lalu Lintas Polresta Tasikmalaya, Jawa Barat, mendirikan 4 pos lantas tangguh.

Baca juga: Bupati Tidak Hadir, Sekda Jadi Penerima Vaksin Pertama di Tasikmalaya

Setiap pos diisi oleh petugas dengan pakaian alat pelindung diri (APD) lengkap. Pos di beberapa titik perbatasan dan pusat keramaian itu untuk melakukan rapid test atau tes cepat Covid-19.

Pelaksanaan rapid test antigen di Pos Lantas Taman Kota Tasikmalaya menemukan 2 orang yang positif, yakni sopir asal Cilacap, Jawa Tengah, saat hendak masuk kawasan perkotaan.

"Kami sudah melakukan rapid test terhadap puluhan sopir kendaran pribadi dan barang yang berasal dari luar kota. Diketahui ada 2 orang sopir asal Cilacap hasilnya reaktif," kata Kepala Polresta Tasikmalaya AKBP Doni Hermawan kepada wartawan di Taman Kota Tasikmalaya, Selasa (16/2/2021).

Ia mengatakan pendirian pos dengan rapid test ini untuk antisipasi para pendatang di luar daerah dan untuk mencegah terulangnya klaster pesantren dengan ratusan santri dinyatakan positif Covid-19.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Irwan Nugraha | Editor : Aprillia Ika, Abba Gabrillin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com