Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

375 Santri Tasikmalaya Positif Covid-19, Plt Wali Kota: Antisipasi Seharusnya Dilakukan Kemenag

Kompas.com - 15/02/2021, 20:11 WIB
Irwan Nugraha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TASIKMLAYA, KOMPAS.com - Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf mengatakan, kemunculan klaster pesantren sulit untuk diantisipasi.

Soalnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya tak memiliki wewenang untuk menghentikan kegiatan di lingkungan pesantren.

Yusuf menilai antisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren seharusnya dapat dilakukan oleh Kementerian Agama (Kemenag).

"Kita sudah tugaskan Kemenag untuk terus memonitor kegiatan yang bersifat keagamaan, termasuk di dalamnya pesantren," jelas Yusuf kepada wartawan di Bale Kota Tasikmalaya, Senin (15/2/2021).

Baca juga: Begini Nasib Para Santri Setelah Bangunan Pesantren Rusak akibat Semburan Gas di Pekanbaru

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat, menyebut 30 santri salah satu pesantren di wilayah Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, mengalami gejala kehilangan indra penciuman.

Puluhan santri itu bergejala setelah terdapat tiga santri yang terkonfirmasi positif di pesantren tersebut. 

"Akhirnya kita periksa sampai ratusan orang kontak erat, ditemukan lagi yang positif," kata Uus.

Setelah melakukan penelusuran, lanjut Uus, ternyata munculnya klaster pesantren membuat para pasien harus diisolasi mandiri ke penampungan darurat salah satu hotel di Kota Tasikmalaya.

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya pun melakukan tes swab kepada seluruh penghuni pesantren tersebut yang seluruhnya berjumlah sampai 1.000 orang.

Baca juga: Ratusan Santri Penyintas Covid-19 di Cilacap Bersiap Donasikan Plasma Konvalesen

Sampel swab para santri termasuk pengajar di lingkungan pesantren itu dikirimkan ke Labkesda Provinsi Jawa Barat untuk diperiksa.

"Setelah adalah hasil Labkesda, baru kita isolasi secara keseluruhan pasien yang positif ke tempat darurat dengan total 375 santri positif corona," tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com