Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tan Deseng Si Maestro Musik Sunda: Walau Dapat Penghargaan 2 Presiden, Hidupnya Berpindah-pindah Tak Punya Rumah (1)

Kompas.com - 12/02/2021, 11:07 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Di kediamannya, Taman Holis, Bandung, Tan Deseng (78 tahun) duduk di sofa panjang. Hari itu, Rabu (10/2/2021), Tan Deseng dijadwalkan menerima banyak tamu.

Ada seniman, kerabat, hingga orang-orang yang ingin mendengarkan cerita Tan Deseng tentang sunda dan musik sunda.

Itulah Tan Deseng. Ketika berbicara soal Sunda, ia begitu bersemangat. Ia bahkan lupa dengan usianya yang tak lagi muda. Jangan heran bila ia mengobrol berjam-jam hingga Subuh.

Baca juga: Cerita Tan Deseng, Warga Tionghoa yang Pertama Kali Rekam Dalang Legenda Abah Sunarya

"Dadanguan, tingalian, letah abdi sunda. Soalna abdi mah urang sunda, jalmi nu aya di sunda, mung kaleresan kolot abdi China, (Pendengaran, penglihatan, lidah saya Sunda. Saya orang Sunda, orang yang ada di Sunda, cuma kebetulan orangtua saya China," ujar Tan Deseng kepada Kompas.com.

Tan Deseng lahir di Tamim (sekitar Pasar Baru Bandung), 22 Agustus 1942. Sang ayah, Tan Tjing Hong merupakan pengusaha, shinse, dan seniman lukis yang bisa memainkan sejumlah instrumen musik.

Dari 8 anaknya, Tan Deseng dan kakaknya, Tan De Tjeng yang tertarik pada dunia seni.

Baca juga: Didesain Ridwan Kamil, Geo Theater Rancakalong Jadi Pusat Seni Budaya Sunda di Jabar

Menitikkan air mata saat dengar lagu-lagu Sunda

Tan Deseng mengatakan, sebagai orang Sunda tidak ada yang aneh ketika ia memperdalam seni sunda. Malah akan aneh jika ia mempelajari kesenian China.

Ayah dari tiga anak ini kemudian menceritakan bagaimana ia jatuh cinta pada musik Sunda. Itu karena ia hidup di tanah Sunda, mendengar tetangga hingga temannya bermain musik Sunda sejak usia 4 tahun.

Di usia ke-12, ia mulai serius mendalami musik Sunda. Bahkan saat ia berusia 16 tahun di Palembang ia menitikkan air mata begitu mendengar lagu-lagu sunda di RRI (Radio Republik Indonesia).

Baca juga: Jabar Diusulkan Diganti Jadi Provinsi Sunda, Ini Awal Mula Usulan dan Tanggapan Ridwan Kamil

Saat itu ia bertekad untuk lebih mendalami musik sunda. Ia belajar dari banyak orang. Mulai dari tetangga hingga para maestro kesenian Sunda.

Seperti belajar waditra (instrumen) musik sunda dari Adjat Sudrajat atau Mang Atun. Belajar kecapi dan suling dari Evar Sobari, Mang Ono, Sutarya, dan dalang Abah Sunarya (ayah dari dalang kenamaan Asep Sunandar Sunarya).

Kemampuannya pada musik sunda terutama karawitan terus berkembang. Tak heran jika ia banyak tampil di panggung dalam maupun luar negeri. Seperti Jepang, China, Thailand, dan lainnya.

Baca juga: Tiga Petinggi Sunda Empire Divonis 2 Tahun Penjara, Lebih Ringan dari Tuntutan Jaksa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com