Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Daging Anjing di Medan Tertinggi Kedua Se-Indonesia Setelah Solo, Jakarta Nomor 3

Kompas.com - 03/02/2021, 07:39 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

 

Perda larangan makan daging kucing

"Apa yang harus dilakukan Pemko Medan, saya belum tahu langkahnya apa. Tapi besok kami akan audiensi dengan Komisi A DORD Kota Medan yang membidangi hukum dan pemerintahan. Kami akan dorong Medan mengeluarkan perda larangan perdagangan, pendistribusian dan konsumsi konsumsi daging kucing. Dan anjing, itu someday. Kami realistis," katanya.

Hal juga harus dilakukan adalah edukasi kepada masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi daging kucing dan anjing.

Menurutnya, yang mengkonsumsi daging kucing adalah kalangan tertentu yang kurang terdidik dan percaya daging kucing mempunyai khasiat. "Itu mitos. Marilah kita edukasi. Asma ada obatnya, bukan makan kucing," katanya. 

Begitu halnya dengan daging anjing. Selama ini dalam prosesnya, anjing yang akan dikonsumsi adalah anjing lokal dan mengalami penyiksaan sebelum dimakan. Diyakini daging anjing lebih terasa enak jika dianiaya terlebih dahulu.

"Dipukul mulutnya, hidunganya hingga pingsan, tidak disembelih. Karena kalau darahnya keluar rasanya tidak enak," katanya. 

Baca juga: Mengapa Harus Berhenti Konsumsi Daging Anjing?

Daging anjing diminati karena rasa yang enak

Doni menambahkan, daging anjing lokal disukai karena dagingnya lebih gurih, sebagaimana ayam kampung dan ayam broiler.

Apalagi saat umur anjing 4 bulan hingga setahun. Faktanya, semua anjing dari segala umur tetap 'disikat. 

"Apa yang terjadi mereka ambil semua. Bahkan yang lagi hamil atau yang kulitnya budukan sekalipun. Yang makan daging anjing, pernahkah berpikir, ini daging anjing yang di piring, bentuknya seperti apa sebelumnya. Itu yang nangkap dan masak anjing apa makan dagingnya? Tidak, karena mereka tahu betapa joroknya," katanya. 

Baca juga: Di Vietnam, Daging Kucing Jadi Santapan Favorit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com