Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Daging Anjing di Medan Tertinggi Kedua Se-Indonesia Setelah Solo, Jakarta Nomor 3

Kompas.com - 03/02/2021, 07:39 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

MEDAN, KOMPAS.com - Ketua Animal Defenders Indonesia Doni Herdaru menyebutkan, konsumsi daging anjing di Medan, Sumatera Utara, tertinggi kedua setelah Solo di Jateng dan diikuti Jakarta. 

Hal ini disampaikannya saat bertemu wartawan di Mapolsek Medan Area pada Selasa (2/2/2021) siang.

Menurut dia, Pemkot Medan perlu didorong untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk melarang peredaran dan konsumsi daging hewan peliharaan itu agar tak ada lagi kasus anjing atau kucing ditangkap untuk dikonsumsi. 

Begitu pun edukasi mengenai bahaya mengonsumsi daging kucing dan anjing harus lebih dikuatkan. 

Baca juga: Kasus Jagal Kucing di Medan, Animal Defenders Indonesia: Banyak Kucing Ditangkap, Dimakan, tapi Polisi Kurang Saksi

Daging kucing kurang populer dibanding daging anjing

Dia menjelaskan, meskipun tingkat konsumsi daging kucing tinggi, tetapi tidak lebih populer dari daging anjing.

Dia tidak memiliki angka pasti jumlah konsumsi daging kucing di Kota Medan. Dia mencontohkan, di lokasi jagal kucing di Jalan Tangguk Bongkar, sesuai nformasi yang diterimanya, juga dijadikan sebagai tempat usaha katering. 

"Bisa dibayangkan kalau minimal sehari, dia kan jualnya 1 kg Rp 70.000. Untuk 1 kg daging kucing yang dihilangkan kepala dan dan isi perutnya, 1 kucing beratnya paling banyak 300 gram. Maka, untuk 1 kg butuh 3,5 ekor," katanya.

Untuk mendapatkan 1 kg dibutuhkan 3,5 ekor kucing. Jika diasumsikan sehari 1 kg daging kucing, dalam sebulan dia bisa menjagal hampir 100 ekor.

Dalam setahun, lanjutnya, ada 1.200 ekor yang dijagal. "Jika 15 tahun, silakan hitung. Berapa banyak potensi penularan penyakit yang ditimbulkan pada lingkungan," katanya.

Baca juga: Kasus Ibu Masak Kucing Pak RT untuk Obat Asma, Polisi: Selesai Secara Kekeluargaan

Jagal kucing di Medan ternyata punya usaha katering

Namun, berdasarkan informasi yang dimiliki, di tempat "jagal" kucing tersebut juga memiliki usaha katering.

"Informasi tambahan, rumah terlapor adalah katering. Buat apa dagingnya. Apakah dagingnya dibuat untuk masakannya. Walaupun jadi bola liar di pikiran kita. Kita bisa saja duga hal itu terjadi. Dengan penegakan hukum, maka yang dilindungi adalah masyarakat," katanya.

Menurut Doni, sudah semestinya masyarakat mendapatkan asupan daging yang aman dari katering dan dapat diyakini berasal dari sumber pasar yang jelas, bukan dari pasar gelap.

Daging kucing, lanjut dia, sebenarnya tidak lebih populer dibandingkan daging anjing. Konsumsi daging anjing lebih banyak lagi terhadap anjing karena umumnya orang lebih permisif.

Baca juga: Heboh Temuan Bangkai Kepala Kucing di Dalam Karung, Polisi Turun Tangan

 

 

Perda larangan makan daging kucing

"Apa yang harus dilakukan Pemko Medan, saya belum tahu langkahnya apa. Tapi besok kami akan audiensi dengan Komisi A DORD Kota Medan yang membidangi hukum dan pemerintahan. Kami akan dorong Medan mengeluarkan perda larangan perdagangan, pendistribusian dan konsumsi konsumsi daging kucing. Dan anjing, itu someday. Kami realistis," katanya.

Hal juga harus dilakukan adalah edukasi kepada masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi daging kucing dan anjing.

Menurutnya, yang mengkonsumsi daging kucing adalah kalangan tertentu yang kurang terdidik dan percaya daging kucing mempunyai khasiat. "Itu mitos. Marilah kita edukasi. Asma ada obatnya, bukan makan kucing," katanya. 

Begitu halnya dengan daging anjing. Selama ini dalam prosesnya, anjing yang akan dikonsumsi adalah anjing lokal dan mengalami penyiksaan sebelum dimakan. Diyakini daging anjing lebih terasa enak jika dianiaya terlebih dahulu.

"Dipukul mulutnya, hidunganya hingga pingsan, tidak disembelih. Karena kalau darahnya keluar rasanya tidak enak," katanya. 

Baca juga: Mengapa Harus Berhenti Konsumsi Daging Anjing?

Daging anjing diminati karena rasa yang enak

Doni menambahkan, daging anjing lokal disukai karena dagingnya lebih gurih, sebagaimana ayam kampung dan ayam broiler.

Apalagi saat umur anjing 4 bulan hingga setahun. Faktanya, semua anjing dari segala umur tetap 'disikat. 

"Apa yang terjadi mereka ambil semua. Bahkan yang lagi hamil atau yang kulitnya budukan sekalipun. Yang makan daging anjing, pernahkah berpikir, ini daging anjing yang di piring, bentuknya seperti apa sebelumnya. Itu yang nangkap dan masak anjing apa makan dagingnya? Tidak, karena mereka tahu betapa joroknya," katanya. 

Baca juga: Di Vietnam, Daging Kucing Jadi Santapan Favorit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com