Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menantang Maut Menyusuri Desa Terisolasi yang Baru Menikmati Listrik pada 2021

Kompas.com - 02/02/2021, 11:15 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

 

Beruntung, dalam insiden itu kami bertiga dalam keadaan aman. Hanya bagian pijakan kaki sebelah kanan yang bengkok setelah benturan keras dengan Batu.

Warga sekitar yang melihat kejadian itu, ramai-ramai datang membantu mengevakuasi mobil dari dalam kali. Bahkan ada juga tokoh masyarakat dan guru SD ikut membantu.

Gotong royong khas masyarakat pedesaan, tampak terlihat jelas saat momen tersebut. Mereka tak meminta imbalan jasa apa pun dari kami.

Sekitar 30 menit berjibaku, mobil pun berhasil keluar dari dalam kali.

Merasakan kemerdekaan setelah puluhan tahun

Marthen Tualeu, tokoh masyarakat Desa Fatusuki, yang sejak awal terus bersama kami dan melihat mobil operasional PLN, langsung bicara tentang jaringan listrik yang telah masuk ke wilayah mereka.

Ia mengaku gembira karena sebentar lagi mereka akan menikmati cahaya terang di malam hari.

"Kami baru merasakan kemerdekaan betul. Puluhan tahun sejak Indonesia merdeka, kami akhirnya dapat listrik di tahun 2021," ungkap Marthen sembari tersenyum lepas.

"Rencana pada tanggal 24 Desember 2020 lalu, listrik sudah menyala. Hanya karena kondisi cuaca yang lagi buruk, maka ditunda," sambung Marthen.

Marthen tak henti-hentinya berterima kasih kepada PLN yang telah memberi perhatian terhadap warga desa Fatusuki.

Ia pun bangga, akhirnya desa mereka bisa sama seperti daerah lainnya di Indonesia.

"Walau hanya ada tiang listrik saja, kami sudah sangat senang. Kami harap, pemerintah perhatikan jalan menuju desa kami," kata dia.

Baca juga: Video Viral Pembalap Liar Tabrak Ibu dan Anak, Polisi Telusuri Pelaku meski Tak Terima Laporan

Kondisi jalan yang rusak lanjut Marthen, membuat kendaraan angkutan desa, tidak ada satu pun yang berani masuk ke wilayah itu, terutama saat musim hujan.

Warga setempat, terpaksa berjalan kaki sejauh 22 kilometer untuk berbelanja kebutuhan pokok di ibu kota kecamatan Amfoang Selatan.

"Hanya ada satu angkutan yang biasa beroperasi ke desa kami dan desa Fatumetan. Tapi sekarang lagi hujan, mobil ini tidak masuk sejak Bulan Desember 2020. Nanti sekitar bulan April atau Mei, baru bisa masuk lagi," tuturnya.

Kegembiraan juga dirasakan Nelson Naimasus, guru SDN Bikmela, Desa Fatusuki.

Nelson yang sejak awal ikut membantu mengevakuasi mobil, terus bercerita tentang kondisi di desa mereka.

Selama ini, kata Nelson, siswanya belajar menggunakan pelita sebagai alat penerang pada malam hari.

Sedangkan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, mereka menggunakan genset untuk pekerjaan administrasi dan juga isi ulang untuk baterai ponsel.

"Ujungnya butuh bahan bakar yang lumayan banyak," ujar Nelson.

"Bicara soal listrik, kita bagian sekolah khususnya sangat berterima kasih, karena sesuai tuntutan kurikulum sekarang, kami guru harus menggunakan IT dalam proses pembelajaran. Kami di sini, tidak bisa buat apa-apa karena kendala listrik," ungkap Nelson.

Sebagai guru dan juga masyarakat Desa Fatusuki lanjut Nelson, dengan masuknya jaringan listrik akan membawa perubahan di semua aspek, khususnya sumber daya manusia.

"Kami juga berharap, dengan masuknya listrik, perekonomian semakin meningkat, walaupun sarana transportasi sangat terbatas," kata Nelson.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com