Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menantang Maut Menyusuri Desa Terisolasi yang Baru Menikmati Listrik pada 2021

Kompas.com - 02/02/2021, 11:15 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Cuaca terlihat berawan pada Jumat (29/1/2021) pagi. Angin bertiup cukup kencang, mega hitam berarak di sisi timur Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sang surya yang biasa gagah dengan pendarnya yang kemilau, masih enggan menampakkan diri.

Jarum jam menunjukan pukul 08.05 WITA, saya bergegas menuju kantor Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) Kupang, yang berada di Kelurahan Nunleu, Kecamatan Kota Raja, Kupang.

Saya berjanji bertemu dengan Herwin Awang, asisten engineer dan perencana pengendalian konstruksi di kantor UP2K Kupang.

Pagi itu, kami berencana mendatangi Desa Fatusuki yang berada di Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang.

Desa di pedalaman Pulau Timor itu masuk kategori wilayah terisolasi. Warga desa itu baru saja mendapat jatah sambungan jaringan listrik PLN pada 2021.

Sebelum memutuskan mendatangi Desa Fatusuki, saya sempat berdiskusi dengan Manager UP2K Kupang Cahyo Gunadi, terkait pemasangan jaringan listrik PLN di NTT pada pekan lalu.

Informasi dan rekomendasi dari Cahyo, akhirnya kami sepakat melihat langsung kondisi jaringan listrik di pedalaman NTT.

Cahyo mengutus dua stafnya Herwin Awang dan Maksensius Dei untuk mendampingi saya.

Pukul 09.20 WITA, kami langsung tancap gas menuju Desa Fatusuki. Saya menumpang mobil operasional PLN jenis dobel gardan berwarna putih keluaran 2019 yang dikemudikan Maksensius Dei.

Saya duduk di bagian depan bersebelahan dengan Maksensius. Sementara Herwin memilih duduk di jok belakang.

Baca juga: Ayah Siswi SMA yang Bakar Masker dan Sebut Covid-19 Hoaks: Saya Menyesal Sekali...

Desa Fatusuki, berjarak sekitar 132 kilometer arah utara dari Kota Kupang.

Untuk menuju lokasi, ada tiga alternatif jalan yakni melalui Kecamatan Sulamu, Kecamatan Fatuleu dan Kecamatan Takari.

Kami sepakat memilih rute yang melintasi Kecamatan Takari, karena kondisi jalan beraspal hotmix yang sangat mulus, meski harus memutar jauh hingga ke perbatasan dengan kabupaten tetangga, Timor Tengah Selatan (TTS).

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi di jalan beraspal mulus membuat kami tiba dengan cepat di Lelogama, ibu kota Kecamatan Amfoang Selatan. Waktu perjalanan sekitar tiga jam lebih.

Di Lelogama, kami singgah di Kantor Jaga PLN dan bertemu dengan John, salah seorang petugas PLN yang ditempatkan di wilayah itu.

John menginformasikan kondisi topografi dan jalan raya menuju ke Desa Fatusuki.

"Desa Fatusuki itu paling terisolasi di Kecamatan Amfoang Selatan," kata John.

Akses sulit yang menantang

Setelah beristirahat dan ngobrol santai sekitar 15 menit, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Fatusuki yang berjarak 22 kilometer dari kantor jaga.

Saatnya menyiapkan fisik ke desa yang berada di lembah kaki perbukitan Amfoang.

Jalan masuk ke Desa Fatusuki sangat memprihatinkan. Masih jalan tanah, dengan batu berukuran besar yang berserakan di sepanjang jalan yang dilewati.

Untuk menuju Desa Fatusuki, kami harus melewati Desa Fatumetan, menyusuri hutan dan bukit terjal serta sejumlah anak sungai.

 

Jembatan kayu saat memasuki perbatasan antara Desa Fatumetan dan Fatusuki, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang, NTTKOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Jembatan kayu saat memasuki perbatasan antara Desa Fatumetan dan Fatusuki, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang, NTT
Banyak jalan yang longsor, terutama di beberapa tebing curam yang dilewati, sehingga mobil harus ekstra hati-hati saat melintas. Belum lagi jalan berlubang setinggi paha orang dewasa, menghiasi jalan.

Ban mobil kerap tersangkut, tetapi berkat keterampilan mengemudi yang dimiliki Maksensius Dei, mobil tetap melaju meski jarum di speedometer tidak sampai lima kilometer per jam.

Kubangan lumpur bekas sisa hujan dua hari lalu belum mengering di jalan, sehingga rute yang kami lewati mirip jalur off-road.

Beruntung hari itu tidak hujan, tentu sangat membantu perjalanan kami, walau tertatih-tatih dan knalpot kerap berbenturan dengan batu.

Dalam perjalanan, kami tidak pernah berpapasan dengan kendaraan, baik roda dua atau empat.

Hanya tiang listrik yang berdiri kokoh menemani kami di sepanjang jalan.

Setelah berjalan satu jam, kami pun tiba di Desa Fatumetan. Masih dengan kondisi jalan yang sama, namun desa itu telah menikmati jaringan listrik sejak Februari 2019.

Sinyal telepon seluler yang semula penuh, seiring perjalanan waktu lantas menghilang dengan sendirinya.

Perjalanan pun dilanjutkan. Tepat di perbatasan antara kedua desa, jalannya dipalang menggunakan empat batang bambu. Kami bertiga kemudian turun dari mobil dan memindahkan bambu.

Rupanya, rute menuju Desa Fatusuki, kondisi jalannya lebih parah dari sebelumnya. Kami sempat ragu melanjutkan perjalanan.

Baca juga: Gubernur NTB dan Pejabat Berenang Bareng, Satpol PP Dalami Dugaan Pelanggaran Prokes

Herwin Awang sempat bercerita tentang mobil yang mereka tumpangi terjebak dalam kubangan lumpur pada pertengahan Desember 2020.

Herwin dan beberapa rekannya, terpaksa berjalan kaki sejauh dua kilometer meminta bantuan warga sekitar, guna mengevakuasi mobil.

"Bulan lalu, kami sempat bermalam di lokasi ini akibat mobil terjebak kubangan lumpur," ujar Herwin.

Tetapi, Maksensius Dei yang duduk di kursi kemudi, tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan perjalanan.

"Kalau tidak hujan, kita coba saja jalan terus," kata Maksensius optimistis.

Maksensius sudah tiga kali mendatangi Desa Fatusuki untuk monitoring. Ia punya pengalaman bergelut dengan medan menantang itu. Sedangkan Herwin dua kali dan saya baru pertama kali.

Mobil operasional PLN milik kantor Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) Kupang terperosok saat memasuki Desa Fatusuki, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara TimurKOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Mobil operasional PLN milik kantor Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) Kupang terperosok saat memasuki Desa Fatusuki, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

Benar saja, jalan yang kami lalui, benar-benar menguji adrenalin. Banyak jalan yang longsor persis di tepi jurang.

Lebar jalan pun pas untuk ukuran ban mobil. Butuh skil yang mumpuni untuk melintasinya. Turunan dan tanjakan penuh lubang dan bebatuan, kami lewati dengan susah payah.

Puncaknya ketika akan masuk ke Desa Fatusuki, atau persisnya di Sungai Fatusuki, mobil tidak bisa mendaki, karena tanah longsor hampir memutus separuh jalan.

Beberapa kali Maksensius berusaha melintasi sisi kiri jalan, namun upaya itu pupus akibat ban mobil nyaris masuk ke jurang.

Mobil pun terpaksa mundur. Saat berjalan mundur, mobil malah terperosok dan terjebak di dalam sungai dan tersangkut di batu berukuran besar.

 

Tokoh masyarakat Desa Fatusuki Marthen Tualeu, ikut membantu mengevakuasi mobil yang terperosokKOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Tokoh masyarakat Desa Fatusuki Marthen Tualeu, ikut membantu mengevakuasi mobil yang terperosok
Beruntung, dalam insiden itu kami bertiga dalam keadaan aman. Hanya bagian pijakan kaki sebelah kanan yang bengkok setelah benturan keras dengan Batu.

Warga sekitar yang melihat kejadian itu, ramai-ramai datang membantu mengevakuasi mobil dari dalam kali. Bahkan ada juga tokoh masyarakat dan guru SD ikut membantu.

Gotong royong khas masyarakat pedesaan, tampak terlihat jelas saat momen tersebut. Mereka tak meminta imbalan jasa apa pun dari kami.

Sekitar 30 menit berjibaku, mobil pun berhasil keluar dari dalam kali.

Merasakan kemerdekaan setelah puluhan tahun

Marthen Tualeu, tokoh masyarakat Desa Fatusuki, yang sejak awal terus bersama kami dan melihat mobil operasional PLN, langsung bicara tentang jaringan listrik yang telah masuk ke wilayah mereka.

Ia mengaku gembira karena sebentar lagi mereka akan menikmati cahaya terang di malam hari.

"Kami baru merasakan kemerdekaan betul. Puluhan tahun sejak Indonesia merdeka, kami akhirnya dapat listrik di tahun 2021," ungkap Marthen sembari tersenyum lepas.

"Rencana pada tanggal 24 Desember 2020 lalu, listrik sudah menyala. Hanya karena kondisi cuaca yang lagi buruk, maka ditunda," sambung Marthen.

Marthen tak henti-hentinya berterima kasih kepada PLN yang telah memberi perhatian terhadap warga desa Fatusuki.

Ia pun bangga, akhirnya desa mereka bisa sama seperti daerah lainnya di Indonesia.

"Walau hanya ada tiang listrik saja, kami sudah sangat senang. Kami harap, pemerintah perhatikan jalan menuju desa kami," kata dia.

Baca juga: Video Viral Pembalap Liar Tabrak Ibu dan Anak, Polisi Telusuri Pelaku meski Tak Terima Laporan

Kondisi jalan yang rusak lanjut Marthen, membuat kendaraan angkutan desa, tidak ada satu pun yang berani masuk ke wilayah itu, terutama saat musim hujan.

Warga setempat, terpaksa berjalan kaki sejauh 22 kilometer untuk berbelanja kebutuhan pokok di ibu kota kecamatan Amfoang Selatan.

"Hanya ada satu angkutan yang biasa beroperasi ke desa kami dan desa Fatumetan. Tapi sekarang lagi hujan, mobil ini tidak masuk sejak Bulan Desember 2020. Nanti sekitar bulan April atau Mei, baru bisa masuk lagi," tuturnya.

Kegembiraan juga dirasakan Nelson Naimasus, guru SDN Bikmela, Desa Fatusuki.

Nelson yang sejak awal ikut membantu mengevakuasi mobil, terus bercerita tentang kondisi di desa mereka.

Selama ini, kata Nelson, siswanya belajar menggunakan pelita sebagai alat penerang pada malam hari.

Sedangkan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, mereka menggunakan genset untuk pekerjaan administrasi dan juga isi ulang untuk baterai ponsel.

"Ujungnya butuh bahan bakar yang lumayan banyak," ujar Nelson.

"Bicara soal listrik, kita bagian sekolah khususnya sangat berterima kasih, karena sesuai tuntutan kurikulum sekarang, kami guru harus menggunakan IT dalam proses pembelajaran. Kami di sini, tidak bisa buat apa-apa karena kendala listrik," ungkap Nelson.

Sebagai guru dan juga masyarakat Desa Fatusuki lanjut Nelson, dengan masuknya jaringan listrik akan membawa perubahan di semua aspek, khususnya sumber daya manusia.

"Kami juga berharap, dengan masuknya listrik, perekonomian semakin meningkat, walaupun sarana transportasi sangat terbatas," kata Nelson.

 

Jalan masuk ke perkampungan Desa Fatusuki yang longsor dan tidak bisa dilewati kendaraanKOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Jalan masuk ke perkampungan Desa Fatusuki yang longsor dan tidak bisa dilewati kendaraan
Anggota DPRD Kabupaten Kupang Ira Sobeukum mengapresiasi kerja PLN yang membangun jaringan hingga ke daerah pelosok dan paling terisolasi di Kabupaten Kupang.

Ira yang berasal dari daerah pemilihan Amfoang, menilai masuknya listrik merupakan kado Natal dan Tahun Baru buat warganya.

"Saya mewakili masyarakat di Amfoang sangat berterima kasih kepada PLN yang telah memberikan pelayanan listrik," kata Ira.

Ira berharap, masyarakat yang selama ini terkendala usaha atau kegiatan perekonomian karena listrik, bisa memanfaatkannya dengan baik.

Ira menyebut, Desa Fatusuki punya potensi sumber daya alam yang banyak, tetapi terkendala akses jalan yang rusak.

Setelah aliran listrik masuk, ia berharap akses jalan ke wilayah itu mulai dibenahi.

"Kalau musim panas, warga bisa beraktivitas, tetapi kalau musim hujan, maka aktivitas warga akan lumpuh akibat jalan raya," ujar dia.

Harapan Ira, Desa Fatusuki bisa mendapatkan sentuhan pembangunan, sehingga wilayah itu tak lagi terisolasi.

Wakil Bupati Kupang Jerry Manafa juga mengapresiasi komitmen General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTT, yang berupaya membangun jaringan listrik di wilayah mereka.

Jerry mengakui, beberapa daerah terpencil, terluar, dan tertinggal, di Kabupaten Kupang saat ini sudah terpasang listrik, termasuk Desa Fatusuki.

"Ini merupakan kemajuan yang luar biasa dan saya harapkan masyarakat kita yang sudah mendapatkan aliran listrik, bisa menggunakan dengan baik dalam aktivitas yang positif," ujar Jerry.

Baca juga: Tidak Cuma Komodo, Ini 7 Keindahan Pariwisata NTT

Jerry juga meminta PLN kembali membangun jaringan listrik di sejumlah desa yang masih gelap di Kabupaten Kupang.

Menurut Jerry, dari 160 desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Kupang, sekitar 30 desa yang belum menikmati jaringan listrik dari PLN.

"Kita berharap GM wilayah NTT bisa membantu masyarakat kami, agar di tahun 2021 ini bisa mendapatkan pelayanan listrik," kata Jerry.

Asisten Engineer dan Perencana Pengendalian Konstruksi UP2K Kupang Herwin Awang, menuturkan, listrik belum bisa menyala pada 24 Desember 2020. Sebab, petugas PLN Oesao tak bisa ke Desa Fatusuki untuk proses registrasi meteran pelanggan karena hujan deras dan jalanan rusak.

"Informasi dari teman-teman PLN Oesao, rencana dinyalakan di bulan Februari ini, apabila cuaca atau hujan sudah mulai reda dan mobil bisa melintas," kata Herwin.

Khusus di Desa Fatusuki, PLN membangun jaringan tegangan menengah sepanjang 9,27 kilometer sirkuit (kms) jaringan tegangan rendah 4,25 kms dan satu unit gardu dengan total kapasitas mencapai 50 kilo volt Ampere (kVA).

Aliri listrik ke 121 desa sepanjang 2020

General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTT Agustinus Jatmiko menjelaskan, PLN menyambungkan listrik ke 121 desa atau sejumlah 109.124 kepala keluarga di wilayah NTT sepanjang 2020.

Untuk menghadirkan infrastruktur listrik di wilayah itu, PLN membangun jaringan tegangan menengah sepanjang 802,18 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 912,18 kms, dan 259 unit gardu dengan total kapasitas mencapai 12.950 kilo volt Ampere (kVA).

“Ini upaya kami untuk mempercepat peningkatan Rasio Elektrifikasi (RE). Dalam lima tahun terakhir, RE Provinsi NTT meningkat sebanyak 33,69 persen. Dari sebelumnya 52,47 persen, sekarang sudah mencapai 86,16 persen,” tutur Agustinus.

 

Instalasi listrik yang telah tersambung ke rumah warga di Desa Fatusuki, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten  Kupang, NTTKOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Instalasi listrik yang telah tersambung ke rumah warga di Desa Fatusuki, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang, NTT
Tidak hanya menambah desa berlistrik, PLN juga meningkatkan jam listrik menyala di 12 desa di NTT.

Adapun 12 desa tersebut yakni Desa Pasir Panjang, Desa Pasir Putih, Desa Mbakung Kabupaten Manggarai Barat, Desa Bila, Desa Kakaha, Desa Prai Bakul, Desa Kananggar dan Desa Praisalura di Kabupaten Sumba Timur, Desa Probur di Kabupaten Alor, Desa Kebirangga Selatan di Kabupaten Ende, Desa Ledeke di Kabupaten Sabu Raijua dan Desa Lelogama di Kabupaten Kupang.

Baca juga: Ketua RT Mengaku Dipukul Anggota DPRD Jember dan Diancam Akan Dijadikan Peyek

Jarum jam menunjukan pukul 15.30 WITA, matahari semakin condong ke barat, semburat sinarnya yang separuh tertutup sebagian awan hitam menyoroti sisi kiri mobil Hilux dobel kabin, memunculkan siluet indah di sore itu.

Kami bertiga pulang kembali ke Kota Kupang dengan melintasi rute yang sama dan kembali menantang maut melintasi bukit terjal, jurang dan tebing.

Lebih dari lima jam perjalanan, kami akhirnya sampai ke Kota Kupang dengan harapan masyarakat di daerah pelosok bisa menikmati terang di malam hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com