Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Arina Pangku Kotak Biru Berisi Vaksin Covid-19, Naik Kapal Penumpang Selama 4 Jam Menuju Pulau Aceh

Kompas.com - 21/01/2021, 06:06 WIB
Rachmawati

Editor

Contohnya Puskesmas Pulo Aceh yang terletak di pulau terluar Provinsi Aceh.

Karena tidak ada transportasi laut yang beroperasi pada hari Jumat, mereka harus menitipkan vaksin-vaksin itu ke puskesmas lain dan baru bisa diantarkan keesokan harinya menggunakan kapal penumpang.

Baca juga: [HOAKS] Seseorang di NTB Pingsan Setelah Disuntik Vaksin Sinovac

Gunakan transportasi umum, 'tidak sesuai'

Perjalanan menuju Pulau Aceh ditempuh dengan waktu kurang dari dua jam, jika kondisi laut sedang bersahabat. Namun, jika ada cuaca buruk dan gelombang tinggi, perjalanan akan memakan waktu tiga sampai empat jam.

Tidak semua puskesmas di Kabupaten Aceh Besar bisa langsung membawa vaksin ke tempatnya lantaran terkendala dengan sarana transportasi.

Dengan durasi perjalanan selama itu, Arina rela memangku kotak biru berisi vaksin demi memastikan rantai dingin tetap terjaga.

"Spesial kali kalau vaksin itu. Karena yang kita berikan itu kan untuk keluarga kita juga, warga itu keluarga kita. Jadi apapun yang kita berikan untuk mereka sama dengan yang kita berikan untuk keluarga kita," kata Arina Astuti, Koordinator Imunisasi Puskemas Pulo Aceh.

Baca juga: Erick Thohir: Merek dan Jenis Vaksin Covid-19 Mandiri Akan Berbeda dengan yang Gratis

Kepala Puskesmas Pulo Aceh, Misriadi, mengatakan proses pendistribusian vaksin dengan menggunakan transportasi umum sesungguhnya tidak sesuai karena vaksin harus dijaga kesterilannya.

Namun, dia tidak punya pilihan lain.

"Sebenarnya itu bukan situasi yang sesuai. Bukan membawa vaksin saja. Misalnya kita mau membawa obat, kalau dengan situasi seperti itu kurang aman memang. Apalagi vaksin, kan tidak mungkin di tempat umum, ada orang ramai, jadi itu memang kurang aman."

"Cuma mau tidak mau karena kita kendala, karena belum punya angkutan sendiri atau ambulans laut," kata Misriadi, Kepala Puskesmas Pulau Aceh.

Baca juga: [HOAKS] Vaksin Sinovac di Indonesia Dipasangi Chip untuk Memantau Rakyat

Ketiadaan ambulans laut, lanjut Misriadi, sering menjadi masalah terbesar bagi pihaknya, terlebih ketika keadaan darurat kemudian harus merujuk pasien dari pulau menuju rumah sakit umum daerah.

"Kita di sini fasilitas milik pemerintah ataupun milik puskesmas belum ada. Jadi kebiasaan kami kalau emergency, sewa boat nelayan kecil, ukuran 2 meter kali 5 meter. Itu paling muat tiga sampai lima orang."

"Kalau safety, namanya punya nelayan, mana safety? Sama seperti tadi kita menggunakan kendaraan penumpang dengan bercampur baur semua, jadi tidak safety," kata Misriadi.

Misriadi juga menyoroti pasokan listrik yang sering mati dalam waktu yang lama. Akibatnya, pihaknya harus mengeluarkan biaya operasional lebih untuk membeli bahan bakar minyak bagi generator listrik.

Baca juga: Satgas: Vaksinasi Mandiri Covid-19 Harus Gunakan Vaksin yang Memiliki Izin BPOM

Standar transportasi vaksin

Petugas memindahkan vaksin Covid-19 Sinovac yang didatangkan dari Jakarta setibanya di gudang Instalasi Farmasi, Banda Aceh, Aceh, Selasa (12/01).Antara Foto Petugas memindahkan vaksin Covid-19 Sinovac yang didatangkan dari Jakarta setibanya di gudang Instalasi Farmasi, Banda Aceh, Aceh, Selasa (12/01).
Merujuk Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, alat transportasi vaksin meliputi kendaraan berpendingin khusus, cold box, vaccine carrier, cool pack, dan cold pack.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com