Namun demikian, pihak Dinas Kesehatan Aceh Besar mengklaim bahwa proses distribusi vaksin Covid-19 ke Pulau Aceh sudah sesuai dengan prosedur yang mereka miliki.
"Sangat standar. Karena bukan masalah lautnya, bukan masalah boatnya, bukan masalah kapalnya, tetapi vaksin sudah berada di cold box. Itu sudah jelas dan sesuai dengan SOP kami. Vaksin yang dibawa itu harus ada dalam tempat es atau ada cold box sendiri yang dimasukkan vaksin.
"Itu tidak persoalan mau diangkat ke mana saja. Karena sudah tidak ada lagi kendala, bukan masalah pesawat, bukan masalah ambulans, bukan masalah boat laut, tapi standar dari penempatan vaksin itu sendiri," kata Anita, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Besar.
Baca juga: Ada Isu Cip Ditanam di Vaksin Covid-19 untuk Lacak Warga, Satgas: Hoaks!
Sementara itu, Jane Soepardi selaku pakar imunisasi dan anggota Himpunan Epidemiologi Indonesia, mengatakan bahwa vaksin harus diperlakukan secara khusus untuk memastikan rantai dingin berada di antara dua sampai delapan derajat Celsius.
"Mendistribusikan vaksin itu tidak bisa seperti mendistribusikan obat biasa, itu nggak bisa. Jadi mulai dari penyimpanannya, mengeluarkannya, memilih tempat untuk menyimpannya, kemudian dikirimkan itu semuanya khusus."
"Dan orang orang yang melaksanakannya itu dilatih khusus, namanya Chold Chain Manager. Orang - orang itu ada pelatihannya khusus," kata Jane Soepardi.
Jane menambahkan, bahwa vaksin Covid-19 buatan Sinovac berbeda dengan vaksin lainnya. Pada vaksin buatan Sinovac tidak terdapat Vaksin Vial Monitor (VVM).
Artinya tidak akan diketahui bahwa vaksin itu masih bagus atau tidak, karena tidak akan terjadinya perubahan warna seperti vaksin lainnya jika sudah di luar rantai dingin.
"Nah, vaksin Covid ini Sinovac ini tidak ada VVM nya sehingga dia sangat bergantung kepada termometer. Sehingga kita harus ekstra hati hati untuk vaksin yang tidak ada VVM ini, karena kita tidak bisa membedakan, dia ini pernah terpapar suhu dua sampai delapan atau tidak," terang Jane..
Merujuk penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun kegagalan rantai dingin menyebabkan kerusakan hingga 50% vaksin di seluruh dunia.
Sementara dalam studi manajemen vaksin yang efektif (EVM) antara Kementerian Kesehatan dan UNICEF tahun 2011 hingga 2012, banyak peralatan dalam rantai dingin di Indonesia tidak dirawat sehingga memicu kerusakan vaksin.
Namun perbaikan telah digenjot, kata Jane Soepardi, sebelum program vaksinasi campak dan rubella massal tahun 2017 dan 2018.
Hingga tahun 2018, merujuk data Kemenkes, 92,2% atau sekitar 9.800 puskesmas telah memiliki rantai dingin yang sesuai standar.
Indonesia sampai saat ini telah mendatangkan 18 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac untuk disuntikkan pada sembilan juta orang yang belum terkonfirmasi positif dan tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.