Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Korban Tanah Bergerak di Ciamis, Tak Bisa Tidur dan Takut Saat Dengar Atap Rumah Berderit

Kompas.com - 06/01/2021, 10:43 WIB
Candra Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

CIAMIS, KOMPAS.com - Sebanyak 22 rumah warga di satu RT yang berada di Dusun Cilimus, Desa Indragiri, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis dikosongkan. Penghuninya mengungsi ke rumah kerabat maupun menumpang di bale dusun.

Sejak Jumat malam (1/1/2021), terjadi bencana pergerakan tanah di dusun ini. Dinding dan lantai rumah warga di sana retak-retak. Bahkan ada lantai yang ambles sedalam 30 centimeter.

Akibat bencana ini, warga menjadi ketakutan. Mereka khawatir bencana ini lebih parah.

"Malam hari, anak dan istri numpang tidur di rumah saudara. Siang hari, ada warga kembali ke rumah karena ada sejumlah perabotan yang tidak dipindahkan, takut hilang," jelas Asep Asikin, warga yang rumahnya rusak akibat tanah bergerak, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Rabu (6/1/2021).

Pasca-kejadian Jumat malam, Asep dan para bapak warga dusun mengadakan ronda malam secara bergantian. Mereka siaga karena khawatir tanah di kampungnya ambles secara tiba-tiba.

"Pernah dua malam tidak tidur, begadang," ucap Asep.

Baca juga: Ketakutan karena Tanah Bergerak di Ciamis, Warga Satu RT Mengungsi

Selain bencana susulan, warga juga khawatir rumahnya disatroni maling. Kondisi rumah yang kosong bisa saja dimanfaatkan penjahat untuk beraksi.

Asep menceritakan, ia dan warga lainnya kerap waswas ketika melihat keadaan rumah di siang hari. Musababnya, kayu atap rumah sering berderit menandakan terjadinya pergerakan pada pondasi rumah.

"Warga melihat keadaan rumah dari teras, ruang tamu. Saat melihat rumah sering terdengar deritan suara dari atap dan kusen pintu maupun jendela. Itu berarti tanahnya masih bergerak," kata Asep.

Suara retakan lantai keramik yang pecah juga kerap terdengar. Selain itu, lantai yang awalnya rata beberapa jam berikutnya bisa tiba-tiba menyembul seolah terangkat dari bawah.

"Lantai rumah di beberapa bagian awalnya tidak rusak. Kini terkelupas, bisa diambil dengan tangan. Sejumlah pintu juga macet, tak bisa masuk ke kusen karena pondasi rumah bergeser," kata Asep.

Lebih lanjut, Asep meminta bantuan pemerintah supaya menyediakan lahan untuk relokasi permukiman warga. "Harapannya sih ada relokasi dari pemerintah," ucapnya.

Warga lainnya, Sahli mengatakan tidak masalah jika pemerintah merelokasi tempat tinggalnya. Saat ini, beberala retakan terdapat di rumah Sahli.

"Warga ikut pemerintah. Jika (rumah saat ini) tak layak pakai, enggak apa-apa direlokasi di tempat aman," katanya.

Bukit retak sepanjang 170 meter

Selain menyebabkan kerusakan rumah, tanah bergerak juga menyebabkan retakan sepanjang 170 meter di sebuah bukit.

Yang lebih ngeri, bukit ini tepat berada di atas permukiman warga.

"Di atas bukit, ada retakan tanah, memanjang," kata Asep Asikin.

Satu hari setelah kejadian tanah bergerak, kata Asep, warga fokus menyelamatkan diri dengan mengungsi ke rumah saudara. Hari kedua hingga hari keempat, warga fokus untuk memindahkan perabotan dari rumah.

"Setelah selesai pindahan, warga fokus menutup retakan tanah di bukit tersebut," kata Asep.

Dia menambahkan, petugas dari BPBD Kabupaten Ciamis sudah meninjau lokasi bencana di Dusun Cilimus.

Hasil peninjauan, kata Asep, BPBD meminta warga untuk segera menutup retakan-retakan tanah tersebut.

"Harus ditutup biar retakan tidak bertambah besar," katanya.

Baca juga: Korban Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi Menanti Upaya Pemerintah

Sebelumnya, bencana tanah bergerak terjadi di Dusun Cilimus pada Jumat malam (1/1/2021). Selepas salat Isya, lantai rumah warga tiba-tiba retak. Retakan juga terdapat di dinding rumah.

Seminggu sebelum kejadian, wilayah Cilimus dan sekitarnya memang diguyur hujan deras yang cukup lama.

Khawatir ada bencana susulan, warga di satu RT terpaksa mengosongkan rumah. Mereka memilih sementara tinggal di rumah saudara yang dirasa aman. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com