Selama tiga hari Gunung Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata, NTT, mengalami erupsi.
Selain mengeluarkan semburan pasir batu gunung juga mengeluarkan abu vulkanik setinggi 4.000 meter di ats puncak.
"Kolom abu teramati berwarna abu dengan intensitas tebal condong ke arah timur dan barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi kurang lebih 10 menit," ungkap Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Ili Lewotolok, Alselmus Bobyson Lamanepa kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu.
Warga pun sudah mulai mengungsi ke kantor Bupati Lembata.
Sebab berdasarkan rekomendasi petugas, tak ada aktivitas di dalam radius 2 kilometer.
Baca juga: Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Lembata Terus Meningkat, Warga Diimbau Pakai Masker
Warga Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, mengeluhkan masalah pencemaran lingkungan hingga perikanan dalam kunjungan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi.
Atas gangguan tersebut, warga dan nelayan merasa mata pencahariannya terganggu.
Namun masyarakat tidak tahu lagi ke mana harus mengadu.
Mereka nyaruuh dan careurik (bersimpuh dan menangis). Mereka seperti kehilangan harapan hidup karena kebingungan ke mana lagi harus mengadu," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Minggu (29/11/2020).
Misalnya kasus pencemaran, Dedi menyebut penyebabnya adalah bau tak sedap dari pabrik pengolahan tepung ubi.
Masyarakat pernah mengajukan gugatan namun ditolak oleh pengadilan.
Kemudian pencemaran di Pantai Matras yang diduga akibat pertambangan.
Dedi meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menyelesaikan masalah itu.
"Saya beri batas waktu sampai Selasa. Saya minta agar penambangan di laut dihentikan sementara untuk melakukan proses evaluasi terhadap problem lingkungan dan menekan konflik di masyarakat," tandas Dedi.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Nansianus Taris, Agie Permadi, Kiki Andi Pati | Editor : Farid Assifa, David Oliver Purba, Michael Hangga Wismabrata)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.