Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nelayan Benur di Lombok yang Hidupnya Tak Tentu karena Tengkulak

Kompas.com - 28/11/2020, 09:17 WIB
Idham Khalid,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Menurut Bahri, ada dua macam nelayan lobster. Ada yang terikat perusahaan dan ada yang tidak terikat.

Nelayan terikat dengan perusahaan adalah yang alat tangkapnya difasilitasi oleh perusahaan melalui tengkulak.

Akibatnya, mau tidak mau nelayan itu harus menjual kepada tengkulak berapa pun harganya.

Sedangkan tipe yang kedua, nelayan lobster sepertinya memilih untuk membuat alat tangkapnya sendiri dengan biaya dari kantong pribadi.

Baca juga: Sudah Terima Surat Mundur Edhy Prabowo, Sekjen Gerindra: Diteruskan ke Prabowo

Nelayan semacam ini lebih leluasa memilih untuk menjual lobster kepada tengkulak yang menawarkan harga yang paling tinggi.

Kendati demikian, tipe petani lobster seperti Bahri sangat jarang lantaran untuk membuat satu keramba dan alat tangkap membutuhkan minimal uang Rp 5 juta, hal itu sangat sulit bisa dilakukan masyarakat.

Bahri saat memperbaiki pocong alat tangkap benih lobsterKOMPAS.COM/IDHAM KHALID Bahri saat memperbaiki pocong alat tangkap benih lobster

Bahri mengakui, adanya Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan (Permen KP) Nomor 12/2020 sedikit membuat dirinya lega untuk menangkap benur.

Hanya saja, nelayan tetap tidak akan diuntungkan selama harga jual masih dipermainkan sesuai yang diinginkan tengkulak.

Baca juga: Edhy Prabowo Ditangkap KPK, Gerindra Minta Maaf ke Jokowi-Maruf Amin

Dia berharap pemerintah dapat melakukan pelatihan soal budidaya lobster.

Bukan saja tentang ekspor, melainkan juga bagaimana cara mengembangkannya sehingga mampu membudidaya lobster.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com