Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Siswa SMA di Ponorogo Ciptakan Alat Pendeteksi Jarak Otomatis untuk Cegah Penularan Corona

Kompas.com - 18/11/2020, 15:39 WIB
Muhlis Al Alawi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PONOROGO, KOMPAS.com - Untuk mencegah penularan Covid-19, tiga siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo menciptakan inovasi unik.

Tiga siswa yakni Amelia Puspita Wardani, Ranu Ricko Arya Wardhana dan Fahri Ahmad Fadilah membuat alat pendeteksi jaga jarak otomatis di tempat perbelanjaan.

“Kami menciptakan alat ini tujuannya agar warga yang mengantre di tempat perbelanjaan selalu menaati protokol kesehatan,” ujar Amelia Puspita Wardani, Rabu (18/11/2020).

Tak hanya bermanfaat bagi banyak orang, hasil kreativitas putra-putri Ponorogo berhasil menyabet juara pertama perlombaan Jatim Education Competition dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

Ketiga pelajar itu memberikan nama inovasi tersebut sebagai alat pembatas jarak pada antrean tempat perbelanjaan untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 di era tatanan kehidupan baru.

Baca juga: Inspektorat Jatim Minta DPRD Jember Kawal Sanksi Gubernur pada Kepala Bappekab

Amelia mengatakan, pembuatan alat tersebut lantaran sering melihat orang yang mengantre di kasir swalayan namun mengabaikan garis pembatas jarak yang sudah ada.

Padahal, di saat pandemi Covid-19, setiap orang diminta menjaga jarak agar terhindar dari penularan virus corona.

Kinerja alat itu pun mudah dan praktis. Jika ada pengunjung yang mengantre di kasir swalayan melewati garis yang sudah ditentukan, alat itu otomatis memperingatkan pengantre.

“Tandanya dengan suara dan lampu menyala,” ujar Amelia.

 

Tak hanya itu, biaya produksi alat tersebut juga murah. Bahan yang dibutuhkan berupa sensor ultrasonik, sensor inframerah, kabel buzzer, lampu led dan arduino uno.

“Komponen ini hanya membutuhkan dana sekitar Rp 200.000,” ungkap Amelia.

Setelah bahan terkumpul, kata Amelia, lalu dilanjutkan dengan pemrograman. Selanjutnya, alat-alat tersebut dirangkai untuk dilakukan uji coba.

Untuk mendeteksi taat tidaknya pengunjung menjaga jarak saat antre di kasir dibuat sebuah garis yang di dalamnya diberi sensor khusus.

Amel menambahkan, untuk membuat satu alat tersebut dibutuhkan waktu sekitar lima hari. Waktu yang dibutuhkan paling banyak saat pemrograman.

Baca juga: Jemput Orangtua Sakit ke Jember, Satu Keluarga Asal Ponorogo Terpapar Corona

 

“Sebelum dipatenkan kami harus uji coba dulu ditempat masing-masing,” ujar Amelia.

Ditanya kendala yang dihadapi pembuatan alat tersebut, Amel menyebut beberapa alat yang dibutuhkan tidak dijual di Ponorogo seperti sensor ultrasonik.

Untuk itu ia harus memesan peralatan tersebut dari luar daerah.

Senada dengan Amelia, guru pembimbing tim tersebut, Muh Syahrur Rohman menyatakan, ide anak-anak didiknya membuat alat tersebut lantaran sering menemui orang yang berbelanja namun tidak mengindahkan jarak antrean.

“Dari ide itu, anak-anak menciptakan alat yang bisa mengingatkan pengunjung ketika lalai menjaga jarak saat berbelanja di pertokoan atau swalayan,” ujar Syahrur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com