Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Dunia Semata Wayang Fauzie Helmy Manggung dalam Fotografi di Tengah Goro-goro

Kompas.com - 14/11/2020, 13:03 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Ketika wayang manggung dalam bingkai fotografi seperti tak lazim, tapi di tangan Fauzie Helmy menjadi hidup dan merangsang imajinasi, pun inspirasi tentang nilai-nilai dari kisah-kisahnya.

Apalagi, wayang dalam fotografi itu dipanggungkan di tengah goro-goro pandemi Covid -19 dengan tema Dunia Semata Wayang di The Park Mall, Solo Baru, 6-7 November 2020.

Fauzie Helmy sebagai fotografer melibatkan 3 tokoh fotografi kenamaan di Indonesia, Darwis Triadi, Arbain Rambey, dan Risman Marah yang masing-masing menyumbang satu karya fotografi tentang wayang.

Baca juga: Limbah Kayu Jadi Wayang Seharga Jutaan Rupiah di Tangan Joko, Warga Belanda sampai Terpikat

Padahal, sedianya pameran fotografi Dunia Semata Wayang ini akan dipanggungkan di 8 kota di 7 negara di dunia, yakni Tokyo, Hongkong, Berlin, Singapore, Shanghai, Beijing, Abudhabi, dan London.

Namun, karena pandemi Covid-19, pameran ini tertunda.

Maka, pameran di The Park Mall itu seolah menjadi pengobat penasaran, sekaligus membuka tabir Dunia Semata Wayang Fauzie Helmy.

Fauzie Helmy dikenal sebagai toy photographer, tiba-tiba dia mengeksplorasi karakter wayang.

Baca juga: Kisah Mbah Brambang, Membuat Wayang sejak 1965, Dikirim hingga ke Luar Negeri

Menurutnya, karena wayang merupakan seni multidimensi yang luar biasa, sekaligus warisan yang memiliki banyak makna, inspirasi dan nasihat kehidupan yang dalam.

"Saya ingin mengedepankan kembali nilai-nilai luhur wayang yang ikut membangun karakter bangsa, sekaligus menunjukkan kepada dunia betapa kita punya karya seni adiluhung ini kepada dunia," kata Fauzie.

 

Salah satu karya foto Fauzie Helmy dalam pameran fotografi Dunia Semata Wayang di The Park, Solo Baru, 6-7 November 2020. (Foto: Fauzie Helmy).Fauzie Helmy Salah satu karya foto Fauzie Helmy dalam pameran fotografi Dunia Semata Wayang di The Park, Solo Baru, 6-7 November 2020. (Foto: Fauzie Helmy).

Tertundanya pameran akbar di 7 negara sempat membuatnya terpukul, namun kemudian dia merasa bersyukur bisa memamerkannya di Solo dengan skala yang besar.

Apalagi momennya di tengah goro-goro pandemi Covid-19.

Ia merasa, nilai-nilai wayang tetap memiliki konteks yang kuat untuk membangkitkan semangat bangsa sekaligus tetap optimis memandang masa depan meski diterpa pandemi.

Karakter Gatotkaca, misalnya, menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer dan inspiratif.

Baca juga: Kata Wayang Orang Sriwedari soal Pegawai RRI Positif Covid-19 Usai Nonton Ketoprak

Dalam pewayangan Jawa, ia dikenal memiliki kesaktiannya luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta memiliki kekuatan besar hingga dikenal memiliki otot kawat tulang besi.

Untuk melengkapi nilai-nilai yang terkandung dalam wayang, ia juga menampilkan tokoh-tokoh lain.

Misalkan Wisanggeni yang menjadi simbol satria, atau Baladewa sebagai raja yang jujur dan adil, pun Cakil yang menjadi simbol kejahatan. Ada juga Puntadewa sebagai simbol tokoh yang suci.

 

Imajinasi Baru

Fauzie Helmy (tengah) dan Darwis Triadi, Arbain Rambey dan Risman Marah dalam bincang-bincang pameran fotografi Dunia Semata Wayang di The Park Mall, Solo Baru, 6-7 November 2020. (Foto: Fauzie Helmy)Fauzie Helmy Fauzie Helmy (tengah) dan Darwis Triadi, Arbain Rambey dan Risman Marah dalam bincang-bincang pameran fotografi Dunia Semata Wayang di The Park Mall, Solo Baru, 6-7 November 2020. (Foto: Fauzie Helmy)

Pemanggungan wayang dalam fotografi juga merupakan terobosan baru.

Ini tak sekadar memotret karakter wayang, namun Fauzie Helmy berusaha melakukan pengambilan gambar di tempat-tempat yang sekiranya cocok dengan karakter wayang.

Misalnya, dia memotret Gatotkaca di Kawah Candradimuka di Banjarnegara, bahkan juga di Puntuk Setumbu untuk mengesankan kemampuannya terbang.

Sehingga, karya Dunia Semata Wayang tak hanya memanggungkan wayang, namun juga menjadi seni fotografi yang imajinatif dan inspiratif.

Baca juga: Menjaga Roh Kesetaraan Gender Lewat Pentas Wayang Orang di Semarang

Salah satu karya foto Fauzie Helmy  dalam pameran fotografi Dunia Semata Wayang di The Park, Solo Baru, 6-7 November 2020. (Foto: Fauzie Helmy)Fauzie Helmy Salah satu karya foto Fauzie Helmy dalam pameran fotografi Dunia Semata Wayang di The Park, Solo Baru, 6-7 November 2020. (Foto: Fauzie Helmy)

Wayang pun menjadi begitu hidup dalam imajinasi fotografi.

"Seperti pertunjukan wayang, saya juga berharap pameran Dunia Semata Wayang tak hanya membangun estetika foto dengan subyek wayang, tapi juga mengedepankan kembali nilai-nilai luhur dalam wayang," kata Fauzie Helmy.

Di tengah goro-goro Covid-19, dia berharap pameran ini memberi makna.

Setidaknya membangkitkan kembali semangat hidup dan kebersamaan dalam bingkai nilai-nilai luhur lokal untuk menghadapi tantangan dan menggapai masa depan lebih baik.

Maka, ia masih berharap rencana pameran di 7 negara akan kembali digelar. (Hery Gaos).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com