Dirinya mengiyakan tetapi dengan syarat ayahnya tidak boleh menonton.
Alasannya, waktu itu karena grogi dan takut.
Saat tengah mendalang, Seno ternyata tidak mengetahui jika ayahnya ikut mengiringi dengan memainkan rebab.
Mengetahui kehadiran sang ayah, Seno grogi.
Sebelum mengetahui kedatangan sang ayah, pementasan berjalan lancar.
Sebelum meninggal, ayahnya menuruti keinginannya untuk membeli drum dan kelir.
"Bapak saya melihat saya mayang itu sekal," katanya.
Dalam vlog itu pun, dirinya menceritakan tentang gaya mendalang yang dipengaruhi oleh beberapa dalang idolanya.
Mulai dari Ki Matep Sudarsono, almarhum Hadi Sugito, H Sukron Suwondo, Ki Gondo Darman. Setiap dalang mempunyai kelebihan masing-masing.
Selain fokus mendalang dirinya juga berkolaborasi dengan kesenian lainnya. Bahkan, dengan kakaknya Wiroto yang juga koreografer sudah melakukan pementasan di Belanda dan Belgia.
Bersama Madusari, grup karawitan di Kanada, mereka berkolaborasi mementaskan wayang di Kanada, tour 7 kota.
Kini, dalang kondang itu telah pergi menghadap ilahi. Karya Ki Seno akan selalu dikenang untuk selamanya. Selamat jalan Ki Seno.
Penulis Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono | Editor Khairina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.