Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wafat di Usia 48 Tahun, Ini Profil Dalang Ki Seno Nugroho

Kompas.com - 04/11/2020, 11:24 WIB
Dony Aprian

Editor

KOMPAS.com - Dalang kondang asal Bantul, Yogyakarta, Ki Seno Nugroho tutup usia di umur 48 tahun pada Selasa (3/10/2020) malam.

Hal tersebut dikatakan salah satu sinden Ki Seno bernama Ayu Purwa Lestari pada Selasa (3/11/2020) malam.

Ayu mengaku menerima kabar duka tersebut pukul 22.00 WIB.

"Iya benar, Mas (meninggal). Kalau penyebabnya kurang tahu," kata Ayu Purwa Lestari saat dihubungi wartawan.

Baca juga: Dalang Kondang Ki Seno Nugroho Meninggal

Sinden lainnya, Oriza, mengatakan, pada siang harinya Ki Seno masih bercanda di grup WhatsApp.

"Leres niki kulo (betul ini saya) di jalan mau OTW Sedayu (rumah duka)," kata Oriza ketika dihubungi wartawan.

Kronologi meninggalnya Ki Seno Nugroho diceritakan oleh admin merangkap manajer sang dalang, Gunawan Widagdo.

Seno sempat bersepeda Selasa (3/11/2020) petang.

"Ki Seno biasanya sepedaan, terus di tengah perjalanan merasa kepalanya pusing, enggak kuat," kata Gunawan saat ditemui di rumah duka Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, Rabu (4/11/2020).

Baca juga: Sebelum Meninggal, Dalang Ki Seno Nugroho Merasakan Sakit Saat Bersepeda

Sampai di rumah, Ki Seno istirahat. Sekitar Maghrib, ia kembali sakit sampai muntah.

Ki Seno lalu diantar warga dan sang istri Agnes Widiasmoro ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

"Masuk UGD masih sadar, menunggu dokter spesialis jantung," ucap Gunawan Saat menunggu, Ki Seno lalu dipindah ke ICCU. Di sana keadaannya memburuk sampai muntah-muntah lagi. Akhirnya diketahui ada penyumbatan darah sekitar 100 persen yang menyebabkan dalang itu meninggal dunia. "(Meninggal) sekitar pukul 22.15 WIB," kata Gunawan.

Seno pernah mengalami sakit penyumbatan sekitar bulan September.

Namun, setelah diberi obat sudah diperbolehkan pulang dan kembali menggelar wayang streaming sampai tanggal 2 November 2020 lalu.

Gunawan mengatakan, Seno Nugroho rutin bersepeda untuk menjaga kesehatan.

Ki Seno meninggal di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, sekitar pukul 22.15 WIB.

Dia meninggalkan satu istri, Agnes Widiasmoro dengan tiga orang anak.

Bagi penggemar pertunjukan wayang, nama Ki Seno Nugroho sudah tak asing di telinga.

Dalang kelahiran Yogyakarta, 23 Agustus 1972 ini sukses membuat kesenian wayang kulit digandrungi kaum milenial.

Dalam laman YouTube "Dalang Seno" yang ditayangkan live tanggal 11 Mei 2019, Seno menceritakan awal mula dirinya sebagai dalang.

Dia menceritakan, kakeknya seorang dalang dan ayahnya bernama Ki Suparman, merupakan salah satu dalang di Yogyakarta.

Sewaktu SMP, Seno diajak ayahnya menonton pertunjukan wayang kulit dengan dalang Ki Mantep Sudarsono di Sasono Hinggil Dwi Abad, Kraton Ngayokyokarto.

Pulang dari menonton, dirinya mulai tergugah untuk menekuni seni pedalangan.

Saat duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Karawitan Indonsia (SMKI) sekarang SMK N 1 Kasihan, Bantul, ayahnya Ki Suparman sakit.

Saat itu dirinya dinasehati pamannya, Ki Supardi.

"Ki Supardi bilang ke saya.Bapakmu wis loro, bapakmu nguyuh wis getih nek koe ra mayang sopo sik nyulihi bapakmu (Bapakmu sudah sakit, bapakmu sudah kencing darah. Siapa yang akan menggantikan bapakmu). Dari situ saya tercampuk hati saya," katanya Awal mendalang, dirinya diajak pamannya Supardi mendalang di Mrican, Gejayan, Sleman.

Saat itu dirinya diminta untuk ikut mendalang, dirinya mengiyakan tetapi dengan syarat ayahnya tidak boleh menonton.

"Ki Supardi bilang ke saya.Bapakmu wis loro, bapakmu nguyuh wis getih nek koe ra mayang sopo sik nyulihi bapakmu (Bapakmu sudah sakit, bapakmu sudah kencing darah. Siapa yang akan menggantikan bapakmu). Dari situ saya tercampuk hati saya," katanya.

Awal mendalang, dirinya diajak sang paman Supardi mendalang di Mrican, Gejayan, Sleman.

Saat itu dirinya diminta untuk ikut mendalang.

Dirinya mengiyakan tetapi dengan syarat ayahnya tidak boleh menonton.

Alasannya, waktu itu karena grogi dan takut.

Saat tengah mendalang, Seno ternyata tidak mengetahui jika ayahnya ikut mengiringi dengan memainkan rebab.

Mengetahui kehadiran sang ayah, Seno grogi.

Sebelum mengetahui kedatangan sang ayah, pementasan berjalan lancar.

Sebelum meninggal, ayahnya menuruti keinginannya untuk membeli drum dan kelir.

"Bapak saya melihat saya mayang itu sekal," katanya.

Dalam vlog itu pun, dirinya menceritakan tentang gaya mendalang yang dipengaruhi oleh beberapa dalang idolanya.

Mulai dari Ki Matep Sudarsono, almarhum Hadi Sugito, H Sukron Suwondo, Ki Gondo Darman. Setiap dalang mempunyai kelebihan masing-masing.

Selain fokus mendalang dirinya juga berkolaborasi dengan kesenian lainnya. Bahkan, dengan kakaknya Wiroto yang juga koreografer sudah melakukan pementasan di Belanda dan Belgia.

Bersama Madusari, grup karawitan di Kanada, mereka berkolaborasi mementaskan wayang di Kanada, tour 7 kota.

Kini, dalang kondang itu telah pergi menghadap ilahi. Karya Ki Seno akan selalu dikenang untuk selamanya. Selamat jalan Ki Seno.

 

 

Penulis Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono | Editor Khairina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com