Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengepakkan Kembali Sayap Putih Jalak Bali...

Kompas.com - 29/10/2020, 14:30 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

 

Ada lima orang yang di penangkaran ini, salah satunya Wayan Sukadana (40).

Kelompok penangkar jalak bali ini baru terbentuk pada 30 September 2020. 

Mereka merupakan replikasi dari program Konservasi Jalak Bali yang sebelumnya dilakukan di Desa Sibangkaja, Kabupaten Badung.

Tujuannya sama, yakni meningkatkan populasi jalak bali serta edukasi kepada masyarakat untuk melestarikan satwa endemik yang dilindungi ini.

"Harapan kita bisa memperbanyak dan kembangbiakan jalak bali dan ikut mengedukasi masyarakat dan warga di sini ikut melestarikan," kata Sukadana ditemui di lokasi penangkaran.

Program yang diinisiasi Pertamina ini memanfaatkan potensi lahan hijau di tengah Kota Denpasar.

Program ini juga didukung tingginya antusias kelompok petani yang aktif untuk mengelola konservasi.

Dalam kandang koloni berukuran enma meter persegi dan tinggienam 6 meter, empat pasang Jalak Bali ditangkarkan.

Burung dengan usia satu tahun tersebut diharapkan bisa bertelur dan berkembangbiak hingga akhirnya bisa dilepasliarkan ke alam liar.

Program ini melibatkan petani sekitar anggota Subak, Desa Adat, dan warga sekitar.

Bahkan dibuatkan juga awig-awig atau perarem yang melarang perburuan burung liar di lokasi.

Masyarakat yang terlibat tidak terbatas pada masyarakat yang tergabung dalam kelompok pengelola konservasi (Kelompok Uma Palak Lestari) saja.

Namun, masyarakat Desa Adat Peguyangan secara umum. Mereka nantinya bisa berperan sebagai bapak burung, yang bertugas untuk melakukan konservasi secara mandiri terhadap burung jalak bali.

Ketua Kelompok Ekowisata Subak Sembung, Wayan Suwirya berharap program ini berkelanjutan dan ada kesinambungan antara desa, pengurus subak, dan pengelola.

Menurutnya, Subak Sembung merupakan satu-satunya lahan pertanian terluas di Denpasar.

Di tengah pembangunan yang masif, subak dengan luas 115 hektar ini diharapkan tetap lestari dan hijau

Dengan adanya penangkaran, wilayah ekowisata ini diharapkan berkembang dan menjadi tempat wisata di tengah padatnya Denpasar.

"Artinya orang yang berkunjung ke sini bisa berwisata dan belajar," katanya.

Ketua Kelompok Penangkar Jalak Bali Sibangkaja Tri Edi Mursabda mengatakan, burung jalak siap berproduksi di usia satu tahun lebih.

Burung-burung yang siap produksi dilepaskan di kandang koloni perjodohan hingga bertelur. Telur yang sudah menetas dibiarkan diasuh induknya selama 10 hari.

Kemudiam penangkar mengambilnya dan membesarkannya dengan cara manual.

Kini kelompok tersebut beranggotakan 18 anggota dengan masing-masing mempunyai sepasang jalak bali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com