Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengepakkan Kembali Sayap Putih Jalak Bali...

Kompas.com - 29/10/2020, 14:30 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Jalak atau curik bali merupakan satwa endemik khas Pulau Dewata. 

Perburuan liar dan perdagangan ilegal di pasar gelap sempat membuat burung dengan nama latin Leucopsar rothschildi ini terancam punah.

Kepala Balai TNBB Agus Ngurah Krisna Kepakisan mengatakan, penemuan jalak bali pertama kali dilaporkan oleh ahli burung berkebangsaan Inggris bernama Dr Baron Stressman pada 1911.

Lalu pada 1925, seorang peneliti lain bernama Dr Baron Victor Von Plessenn mengadakan penelitian lanjutan.

Dari peneliatannya, penyebaran jalak bali diketahui dari Bubunan, Buleleng, hingga Melaya, Jembrana atau dengan luas penyebaran 320 Kilometer persegi.

Pada waktu itu populasinya diperkirakan mencapai 900 ekor di alam liar. Namun, dari tahun ke tahun populasi jalak bali terus menurun.

Menyusutnya habitat alami memengaruhi populasi burung ini.

Pada 1990-an, burung ini hanya menempati wilayah seluas 3 km persegi di Teluk Kelor dan Berumbun, wilayah TNBB.

Populasi jalak bali  

Catatan TNBB, pada 1974 hanya ada sekitar 125 ekor di alam liar. Jumlahnya terus menurun dan tahun 2001 sempat hanya ada enam ekor di alam.

Kemudian pada 2006, disebutkan tak ada lagi atau nol jalak bali di alam liar.

Di habitat alaminya, jalak bali juga berebut sarang dengan pesaingnya seperti jalak putih dan lebah madu dalam perebutan sarang di lobang pohon.

Burung ini juga menjadi incaran hewan pemangsa seperti elang, alap-alap, kucing hutan, hingga biawak.

"Jadi populasinya di alam kritis sekali," katanya saat dihubungi, Rabu (28/10/2020).

Anggota Kelompok Palak Uma Sari membuat pakan atau pelet untuk Jalak Bali di Subak Sembung, Desa Peguyangan, Denpasar, Bali, Rabu (28/10/2020). Kompas.com/ Imam Rosidin Anggota Kelompok Palak Uma Sari membuat pakan atau pelet untuk Jalak Bali di Subak Sembung, Desa Peguyangan, Denpasar, Bali, Rabu (28/10/2020).

Selain habitat yang menyusut, penurunan drastis populasi burun ini karena maraknya perburuan liar dan perdagangan ilegal di pasar gelap mulai 1960-an.

Perdagangan ilegal ini diduga karena tingkat kemiskinan warga sekitar habitat dan tingginya permintaan.

Pada medio 2000-an awal, harga satu pasang jalak bali bisa mencapai Rp 30 juta.

Strategi di 2015

Kerja keras pemerintah, warga, komunitas pecinta jalak bali dalam 10 tahun terakhir sedikit demi sedikit membuahkan hasil.

Pada 2020, 355 ekor jalak bali kini tercatat terbang bebas di alam liar tepatnya di Taman Nasional Bali Barat.

Titik balik kembali meningkatnya populasi burung ini saat TNBB menggunakan strategi baru pada 2015.

Strategi tersebut yakni pemilihan tempat pelepasliaran dan pelibatan masyarakat dalam penangkaran Jalak Bali.

Semula, pelepasliaran jalak bali hanya dilakukan di Teluk Berumbun.

Rupanya tempat ini kurang mendukung daya dukung jalak bali di alam liar karena lokasinya minim air dan hutan musim yang sangat kering.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com