Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengolah Cacing Merah Jadi Pundi-pundi Rupiah, Kisah Petani Desa Rejosari Riau (1)

Kompas.com - 27/10/2020, 07:30 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Modal seperempat Kg cacing merah

Pria dua anak ini bercerita, modal awal hanya dengan seperempat kilogram cacing merah yang dibeli di Pekanbaru beberapa waktu lalu. Harganya ketika itu Rp 100.000.

Ia bersama anggota kelompok tani lainnya membuat reaktor cacing sebanyak lima buah.

Bahan yang digunakan, yaitu batang bambu yang sudah dibelah kemudian dirangkai dengan tali. Lalu, diisi dengan kotoran sapi yang dicampur sedikit tanah.

Bagian bawah reaktor dilingkari dengan jaring biar cacing tak dimakan ayam. Sedangkan bagian atasnya ditutup pakai kain untuk pelindung matahari.

Baca juga: Cacing Tak Berhenti Keluar dari Tanah, Warga Sampai Tak Nafsu Makan

Namun, yang dipanen baru satu reaktor, sedangkan empat lainnya akan dipanen beberapa hari ke depan.

Hasil yang didapat memang sedikit. Jika dijual uangnya juga tak seberapa.

"Kalau sekarang cacing merah perkilonya Rp 40.000. Harganya turun di masa karena Covid-19 ini. Biasanya kalau dijual di Pekanbaru itu harganya sampai Rp 100.000," ujar Dwi.

Meski hasil panen pertama dari satu reaktor sedikit, Dwi mengaku tak patah semangat. Sebab, pria berusia 30 tahun ini yakin usaha yang dibuat akan membuahkan hasil.

Baca juga: Usaha Benang Gelasan Naik Daun Saat Pandemi, Erwin Sampai Harus Menambah Karyawan

Bangkit di tengah pandemi corona

Dwi bersama kelompok taninya juga mengaku tak yakin dengan usaha budidaya cacing merah ini.

Akan tetapi, melihat pembinanya, Pak Ramin yang sudah berhasil dengan usaha ini, ia pun merasa yakin.

"Awalnya kami tak percaya. Biasanya cacing merah kami gunakan cuma buat mancing. Tapi, ternyata memiliki peluang yang besar setelah melihat keberhasilan Pak Ramin. Beliau mengolah cacing merah dengan memanfaatkan kotorannya jadi pupuk dan cacingnya juga dijual," kata Dwi yang juga bekerja sebagai buruh karet dan sawit.

Baca juga: Kisah Aisyah Racik Minuman Sehat Ramuan Ibu, Mampu Buka Lapangan Kerja Saat Pandemi hingga Bantu Petani Karet

Ia dan anggota kelompok tani lainnya berharap dengan usaha ini bisa bangkit di tengah terpuruknya ekonomi akibat Covid-19. Bahkan, kelompok tani ini akan menambah jumlah reaktor cacing merah.

"Ya, selama virus corona ini ekonomi kami sangat terdampak. Penghasilan tak menentu, kadang dapat uang kadang tidak, sementara anak sama istri butuh makan. Jadi kami akan berusaha bangkit dengan usaha budidaya cacing merah ini," ungkap Dwi.

Cacing merah sebagian orang mungkin menganggapnya hanya digunakan buat mancing atau diolah jadi pakan ternak.

Tapi, di tangan Pak Ramin, cacing merah menjadikan banyak manfaat.

Baca juga: Berhenti Jadi Sopir karena Pandemi, Kini Rian Sukses Beternak Cacing dengan Omzet Jutaan Rupiah

Meraup rupiah dari cacing merah

Pria yang juga ketua RT di lingkungan tempat tinggalnya ini pun meraup rupiah dengan mengolah cacing merah.

Usai panen cacing merah di Desa Rejosari, Pak Ramin mengajak Kompas.com ke rumahnya di Dusun Ampel Gading RT 16 RW 06, Kelurahan Ukui, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau, Sabtu (24/10/20) siang.

Tepat di belakang rumahnya, terdapat 11 buah reaktor cacing merah. Saat Ramin membuka kain penutup bagian atas reaktor, sebagian besar kotoran sapi telah diurai oleh cacing merah.

Ramin mengungkapkan bahwa kotoran sapi yang diurai cacing merah sangatlah bagus untuk dijadikan pupuk tanaman, seperti sayur, cabe, terong, kacang panjang, seledri dan termasuk tanaman naga.

"Jadi sekarang saya menggunakan pupuk kascing (Vermikompos) atau kotoran cacing. Pupuk ini bagus sekali. tanaman jadi subur dan cepat berbuah. Tanpa pupuk kimia," kata Ramin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com