"Dia diam saja saat ditanya, dia ambruk, badannya dibuatnya kaku. Saat diangkat petugas pun dia bikin badannya tegang supaya susah diangkat. Akhirnya kita batalkan karena untuk membawa Rosnaeni butuh persetujuan suami. Kita takutnya nanti suaminya berbuat yang aneh-aneh atau bunuh diri," jelasnya.
Sementara itu dua anak Rosnaeni, R (7) dan S (5) telah dibawa petugas untuk bersekolah dan dititipkan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Ruhama.
Setelah beberapa hari tinggal di LKSA Ruhana, menurut Farida, R dan S duah mulai beradaptasi dengan anak-anak sebayanya. Mereka berdua sudah betah dan menolak untuk pulang.
Sementara dua anak lainnya masih harus bersama ibunya karena berusia 3 tahun dan 1 tahun.
"Untuk dua anak lainnya masih harus sama ibunya, rencananya akan kami bina dan konseling di RPTC. Makanya, kita lagi usaha merayu suaminya agar menyetujui pengobatan istrinya, sampai sekarang kami masih kesulitan," kata Faridah.
Baca juga: Depresi karena Tugas Sekolah Menumpuk, Siswi SMA Nekat Bunuh Diri
Sementara itu Kepala Desa Balansiku Firman mengatakan jika pasangan suami istri itu berasal dari Sulawesi.
Keberadaan mereka dilaporkan warga setempat saat melihat anak-anak mereka tidak terurus dan tinggal di rumah kebun yang berantakan.
Oleh Firman, mereka dibuatkan KTP agar mudah jika mendapatkan bantuan.
"Mereka eks TKI Malaysia dan tidak ada dokumen kependudukan. Saya lihat kondisi istrinya ada kelainan, kalau suaminya normal, anak-anak juga kasihan karena tidak terurus."
"Akhirnya saya minta bantuan Disdukcapil bagaimana bisa membantu dokumen mereka, supaya bisa mudah mendapat bantuan dan sekarang sudah ada KTP," kata Firman.
Baca juga: Tito Sebut Tak Ada Batas Jelas antara Indonesia-Malaysia di Sebatik
Selain dokumen kependudukan, Firman juga menggalang dana dan meminta bantuan Baznas untuk membantu meringankan beban keluarga ini.
Mereka beberapa kali mendapatkan bantuan berupa sembako, pakaian atau peralatan rumah tangga diberikan
Namun saat berkunjung Firman melihat bantuan tersebut terbengkalai dan kondisi rumah tetap berantakan.
Baca juga: Patok Batas Negara di Sebatik Bergeser, ke Kantor Camat Harus Lewati Wilayah Malaysia
Tak hanya itu petugas kesehatan dari puskesmas juga kerap berkunjung. Mereka kemudian memutuskan menyerahkan penanganan keluarga ini ke DPPPAPPKB karena kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
"Sedang ditangani Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kita sudah lakukan semampu kita, tapi sepertinya memang butuh perlakuan khusus," sebut Firman.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ahmad Zulfiqor | Editor : Khairina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.