Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 4 Bocah Gizi Buruk dan Kuper, Hidup Terasing dengan Ibu ODGJ dan Ayah Pemarah

Kompas.com - 24/10/2020, 07:05 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

Rosnaeni terpaut usia cukup jauh dengan suaminya Herman (52). Keduanya menikah saat sama-sama menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal di Sabah, Malaysia.

Faridah mengatakan, penyebab gangguan psikologi Rosnaeni tengah didalami.

Sebab, dari data yang didapat saat berkunjung ke rumah kebun yang berjarak sekitar 3 kilometer dari jalan raya ini, Rosnaeni sering mengalami siksaan fisik dan kekerasan dari Herman.

‘’Dari hasil obrolan psikolog, ibunya anak-anak ini istri ketujuh, kita juga belum tahu apakah Herman ini maniak atau bagaimana. Info yang kita dapat ini perkawinannya yang ketujuh, istrinya mengaku sering kena pukul, bisa jadi itu salah satu sebab dia depresi,’’tuturnya.

Baca juga: Kisah Pedro, Sapi yang Senang Rebahan di Kasur dan Menunggui Memasak, Pemilik: Dia Lucu

Kemungkinan lain adalah Rosnaeni pernah mengalami guncangan hebat saat anak ketiganya yang belum berusia setahun meninggal dunia.

Keluarga ini selalu tinggal terasing di dalam kebun sawit yang jauh dari tetangga sehingga interaksi dan sosialisasi sangat jarang, yang dimungkinkan juga menjadi penyebab mengapa Rosnaeni mengalami guncangan batin.

‘’Selain itu, pernah ada masalah saat melahirkan. Dari penjelasan petugas puskesmas, ada riwayat medis kalau darah putihnya sempat naik. Jadi kalau darah putih naik ke kepala saat perempuan melahirkan itu bisa mengakibatkan buta atau meninggal dunia, kemungkinan itu juga masih kami dalami,’’lanjutnya.

Dengan sekian banyaknya kemungkinan yang ada, petugas P2TP2A akan melakukan pendampingan dan konseling. Psikolog akan mencoba mengembalikan rasa percaya diri dan kesadaran Rosnaeni bahwa dia adalah seorang ibu yang memiliki anak dan membutuhkan perhatian orangtua.

‘’Sayangnya, upaya penanganan keluarga ini sempat terhenti akibat pagebluk Covid-19, dan baru kembali fokus sebulan belakangan.’’lanjutnya.


Suami tidak rela istrinya diobati

Usaha untuk membawa Rosnaeni ke Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC) Nunukan terhalang oleh tingkah Herman yang plin-plan.

Saat petugas puskesmas dengan pendampingan Bhabinkamtibmas datang, Herman sempat setuju asal istrinya bisa sembuh.

Namun, ketika Rosnaeni dibawa petugas dan rambut gimbalnya yang sudah sekian tahun tidak pernah dicuci kemudian dipangkas dan dimandikan serta diberi pakaian bagus, Herman tiba-tiba menolak upaya petugas.

‘’Dia diam saja saat ditanya, dia ambruk, badannya dibuatnya kaku. Saat diangkat petugas pun dia bikin badannya tegang supaya susah diangkat. Akhirnya kita batalkan karena untuk membawa Rosnaeni butuh persetujuan suami. Kita takutnya nanti suaminya berbuat yang aneh-aneh atau bunuh diri,’’sebutnya.

Sementara untuk R dan S, petugas sudah berhasil merayu mereka agar mau bersekolah dan dititipkan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Ruhama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com