Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 4 Bocah Gizi Buruk dan Kuper, Hidup Terasing dengan Ibu ODGJ dan Ayah Pemarah

Kompas.com - 24/10/2020, 07:05 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

Setelah beberapa hari berada di LKSA Ruhama, kedua anak tersebut sudah mulai beradaptasi dengan anak anak sebaya mereka, bahkan saat ini keduanya sudah betah dan tidak mau pulang.

‘’Untuk dua anak lainnya masih harus sama ibunya, rencananya akan kami bina dan konseling di RPTC. Makanya, kita lagi usaha merayu suaminya agar menyetujui pengobatan istrinya, sampai sekarang kami masih kesulitan,’’ kata Faridah.


Dibuatkan KTP dan sering dapat bantuan warga sekitar

Keluarga yang terasing dan terkesan jauh dari peradaban ini sebenarnya sudah lama di Pulau Sebatik, diperkirakan sudah sekitar tujuh tahun.

Domisili mereka yang selalu berpindah pindah dari satu kebun ke kebun lainnya membuat keluarga ini baru diketahui tiga tahun belakangan oleh warga Balansiku Sebatik.

Kepala Desa Balansiku Firman menuturkan, pasangan suami istri dari Sulawesi ini dilaporkan warga setempat saat melihat anak anak tidak terurus dan tinggal di rumah kebun yang berantakan.

‘’Mereka eks TKI Malaysia dan tidak ada dokumen kependudukan. Saya lihat kondisi istrinya ada kelainan, kalau suaminya normal, anak-anak juga kasihan karena tidak terurus. Akhirnya saya minta bantuan Disdukcapil bagaimana bisa membantu dokumen mereka, supaya bisa mudah mendapat bantuan dan sekarang sudah ada KTP,’’ kata Firman.

Selain dokumen kependudukan, Firman juga menggalang dana dan meminta bantuan Baznas untuk membantu meringankan beban keluarga ini.

Sering kali bantuan berupa sembako, pakaian atau peralatan rumah tangga diberikan. Beberapa kali melakukan kunjungan, Firman melihat bantuan tersebut terbengkalai, pakaian juga awut-awutan tidak tersusun sehingga Firman berkoordinasi dengan aparat desa dan melibatkan puskesmas.

Pemeriksaan rutin dari puskesmas dilakukan, sampai akhirnya mereka menyerahkan penanganan keluarga ini ke DPPPAPPKB karena kondisinya sudah sangat memprihatinkan.

‘’Sedang ditangani Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kita sudah lakukan semampu kita, tapi sepertinya memang butuh perlakuan khusus,’’sebut Firman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com