Aad mengatakan alau plastik-plastik berwarna masih mudah diidentifikasi, yang sulit adalah plastik transparan. Kadang lolos dari pembersihan. Sulitnya lagi plastik itu ikut hancur dengan mesin penghancur kertas sehingga ukurannya keci-kecil.
Setelah sekiranya bersih, pencetaknya diangkat dan wadah dari papan dan belacu diletakkan di lapangan depan ruang produksi untuk dijemur. Sehari Aad dan Gibran bisa menghasilkan 30 sampai 60 lembar kertas.
“Semakin banyak kita buat semakin banyak dapat duitnya,” kata Aad tersenyum. Mereka mengatakan bisa dapat ratusan ribu rupiah dalam sebulan.
Baca juga: Geliat Wisata Sumedang, Naik Bus Tampomas Bisa Ziarah ke Makam Marongge hingga Waduk Jatigede
Aad dan Gibran satu sekolah dan ingin mengambil jurusan teknik listrik di sekolahnya. Sudah cukup lama mereka belajar dari rumah. Mereka senang-senang saja ada kegiatan di gerai energi ini. Selain mengisi waktu positif mereka juga dapat uang jajan tambahan.
Sebelum ikut serta dapat pembuatan kertas ini Gibran dan Aad bermain saja dengan teman atau membuat-buat alat dari barang bekas.
“Iya Aad tuh senang bikin-bikin alat dari barang bekas,” kata Gibran.
Selama pandemi mereka belajar daring. Karena itu orang tua mereka menawari mereka bekerja paruh waktu sembari mempertajam softskillnya di rumah produksi kedalang (kertas daur ulang) ini, mereka mau-mau saja.
Mereka kemudian tertawa dan melanjutan kerja mereka. Senin sampai Jumat mereka bisa bekerja dari jam 9 atau 10 dan dilanjutkan sehabis makan siang hingga sore.
Namun jika ada halangan seperi hujan dan mereka tidak datang itu tak apa, mereka bisa mengerjakannya tanpa tekanan harus menghasilkan berapa sehari.
Baca juga: Iseng Berkebun Hidroponik di Tengah Pandemi Covid-19, Pemuda Ini Raup Jutaan Rupiah