Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Kisah Warga di Perbatasan, Hidup Terisolasi dan Bergantung dengan Alam

Kompas.com - 19/10/2020, 05:30 WIB
Setyo Puji

Editor

Terlebih lagi jika musim hujan tiba, warganya yang akan masuk atau keluar daerah sangat sulit dilakukan selain menggunakan jalur udara.

"Musim sekarang (hujan) tidak jalan mobil kalau tidak bayar Rp 6 juta, pulang pergi Rp 12 juta. Itu untuk daerah antar-Krayan, dari Krayan Tengah ke Long Bawan Krayan Induk," sebut Gat.

Meski kondisinya sekarang serba sulit, namun ia mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut sudah terbiasa dengan hidup susah. Sebagai solusinya, mereka kembali menggantungkan diri dengan alam.

"Kami sudah terisolasi dari dulu, sudah biasa hidup susah. Kami survive sudah turun temurun. Persawahan kami menunjang pangan, sungai menyediakan protein dengan banyaknya ikan. Alam Krayan subur," sambungnya.

Meski demikian, ia dan warga yang tinggal di daerah tersebut tetap berharap agar pemerintah dapat memperhatikan kehidupan mereka. Khususnya terkait dengan penyediaan infrastruktur jalan.

Putus sekolah karena jalan tak bisa dilewati

Potret ketimpangan pembangunan juga dirasakan bagi masyarakat yang tinggal di Desa Sekida, Kecamatan Jagoi Babang, Bengkayang, Kalimantan Barat.

Jangankan internet, layanan listrik di desa tersebut hingga saat ini belum dirasakan oleh masyarakat.

Kondisi mereka juga diperparah saat musim hujan tiba. Jalanan penuh lumpur semakin membuatnya semakin terisolasi.

“Kondisi ini sudah berlangsung lama. Akibat akses jalan dari desa ke kota kecamatan tidak bisa dilewati saat musim hujan,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bengkayang, Gustian Andiwinata saat dihubungi Kompas.com, Selasa (18/8/2020).

Akibat kondisi tersebut, tak sedikit anak-anak yang memilih untuk putus sekolah dan menjadi buruh di Malaysia.

Baca juga: Infrastruktur Buruk, Anak Perbatasan Rentan Putus Sekolah dan Jadi Buruh di Malaysia

Pihaknya berharap agar pemerintah pusat dapat lebih memperhatikan lagi nasib masyarakat di daerah perbatasan.

Karena persoalan infrastruktur tersebut dianggap sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

“Masyarakat meminta pemerintah pusat bisa membagi pembangunan jalan, agar anaknya dapat sekolah dan hasil ladang dan kebunnya dapat dikeluarkan untuk dijual ke pasar,” sebut Gustian.

Di Korowai beras 10 Kg seharga Rp 2 juta

Wilayah Maining 33 salah satu lokasi tambang rakyat di Korowai, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.(ANTARA/Musa Abubar) Wilayah Maining 33 salah satu lokasi tambang rakyat di Korowai, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com