Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Penegak Hukum Tak Paham Hukum

Kompas.com - 10/10/2020, 05:25 WIB
Setyo Puji

Editor

Selain Samuel, kondisi serupa juga dialami Mangir. Ia mengaku diinjak kakinya dan diminta oknum polisi berhenti merekam video.

Mengetahui kejadian itu, Yuda dan Riski yang berada di lokasi berusaha melerai pertengkaran tersebut.

Namun demikian, sejumlah aparat polisi itu justru berlanjut melakukan intimidasi dan meminta agar para pewarta itu dapat membuat berita yang baik-baik saja terkait peristiwa itu.

“Kalian kalau bikin berita yang baik-baik. Dia tunjuk saya sambil tangannya menekan-nekan dada saya,” kata Yuda menambahkan.

Sementara itu, Kapolresta Samarinda Kombes Pol Arief Budiman saat dikonfirmasi mengaku akan mencari anggotanya yang berlaku arogan tersebut.

Hanya saja, ia menduga kasus itu terjadi karena salah pengertian dan dianggapnya para wartawan bagian dari kelompok demonstran yang akan membuat kerusuhan.

“Itu gelap ya (karena malam). Saya juga akan mencari tahu siapa anggota itu, mungkin disangkanya rekan-rekan dari wartawan ini salah satu dari biang yang membuat keributan itu,” ungkap dia.

Namun demikian, ia mengaku minta maaf atas ulah dari anggotanya tersebut dan meminta korban yang mengetahui identitas oknum polisi itu untuk segera melaporkan.

Wartawan di Semarang dipaksa hapus foto dan video

Seorang jurnalis dari Suara.com, Dafi Yusuf dipaksa menghapus foto dan video oleh aparat kepolisian.

Kejadian itu berawal saat Dafi bertugas meliput aksi unjuk rasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di Semarang, atau tepatnya di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, pada Rabu (7/10/2020).

Ketika aksi unjuk rasa itu terjadi bentrokan antara demonstran dan aparat kepolisian, ia terkejut ketika dilarang melakukan perekaman video oleh sejumlah oknum polisi.

Padahal saat kejadian itu, ia mengaku sudah berusaha menunjukkan identitasnya sebagai wartawan. Namun oleh oknum aparat itu tetap tidak dihiraukan.

Bahkan, foto dan video yang telah direkam sebelumnya dipaksa untuk menghapusnya.

"Saat itu saya merekam tindak represif yang dilakukan polisi kepada massa aksi. Tiba-tiba saya didatangi 15 polisi berpakaian preman dan diminta menghapus rekaman tersebut," katanya saat dikonfirmasi, Kamis (8/10/2020).

Baca juga: Liput Pembubaran Demo, Wartawan di Semarang Dipaksa Hapus Foto dan Video

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com