Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siasati Masa Sulit, Guru Seni Ajak Warga Buat Usaha Kerajinan Batik

Kompas.com - 02/10/2020, 18:49 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Batik Kontemporer

Ali Subhan mengembangkan batik kontemporer tulis dan cap. Desainnya terinspirasi dari alam Segajih.

Motif awal dinamai Blarak Garing yang terinspirasi gugur daun pohon kelapa yang banyak di Kokap pada umumnya.

Produksi awal hanya lima potong kain tapi langsung laku terbeli.

Bunga Wijaya Kusuma yang tumbuh di atas meja pun jadi bahan inspirasi motif.

"Suatu kali mekar di atas meja ini. Saya jadikan bahan motif batik dan laku sampai kini," kata Ali.

Baca juga: Hari Batik Nasional, Jokowi Ajak Masyarakat Pakai Masker Batik

Ali juga terinspirasi goresan lukis orang Dayak Kalimantan. Dia coba menggabungkannya dengan motif Yogyakarta.

"Jadi motif Joda, Jogja Dayak," kata Ali.

Mengawalinya penuh kendala, mulai dari fasilitas, SDM hingga pengalaman membatik.

Membatik yang lebih serius lebih rumit ketimbang membatik hanya untuk souvenir.

Ali belajar ke sana ke mari. Dia bertanya ke teman-temannya yang lebih berpengalaman, belajar dari mereka maupun browsing.

“Paling sulit mengajak mereka (warga) percaya diri. (Mereka berpikir) apa bisa mewarnai dan ngecap,” kata Ali.

Setelah percobaan, mereka berani produksi. Ali mulai berani menerima order hingga akhirnya dalam jumlah ratusan helai. Kebanyakan pesanan seragam.

Tuti Sumarsinah, istri Ali, terlibat soal kontrol kualitas, pemasaran, dan penjualan.

Tuti mengungkapkan, mereka memanfaatkan media sosial dalam memasarkan maupun menjual.

Baca juga: Pemkot Pekalongan Gelar Upacara Virtual Peringatan Hari Batik Nasional

Produksi pertama pada Maret 2020. Kini penjualan dan pesanan pun sudah lebih 800 potong. Pembeli dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung hingga Kalimantan.

Batik dijual via medsos dan dikirim via kurir. Harganya kisaran Rp 140.000 – 250.000 per lembar kain. Mereka juga membuat outlet pemasaran di sebuah rumah makan di Wates.

“Tidak menyangka hanya dipajang di (WA) story selalu ada yang pesan. Satu HP saya saja ada lebih 1.000 nomor kontak. Bagaimana kalau 25 persen saja ada yang lihat (WA Story ini),” kata Tuti.

Dia dan Ali mengunggah tiap produk baru. Selalu ada yang tertarik.

“Banyak teman itu banyak barokah. Ini semua teman,” kata Tuti.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com