Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gendong Jasad Bayinya, Maria Menangis Histeris, Suami dan Anak Kembar Tewas Tertimbun Longsor

Kompas.com - 30/09/2020, 11:36 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Suasana hening pada Senin (28/9/2020) dini hari itu seketika berubah mencekam, penuh tangis dan jeritan.

Di tengah hujan deras, sebuah rumah yang dihuni oleh lima orang tertimpa longsor. Tiga orang penghuni rumah tewas dalam kejadian itu.

Maria, yang bisa menyelamatkan diri menangis histeris mengetahui suami serta bayi kembarnya, Yohanes Dava Herianto dan Yohanes Davi Herianto tertimbun bangunan hingga tewas.

Padahal, dua bulan lagi, mereka berencana menggelar pesta ulang tahun untuk sang bayi kembar.

Baca juga: Duka Ibu Bayi Kembar Korban Longsor Tarakan, Rencana Pesta Ulang Tahun Pupus

Tertimpa longsor saat anggota keluarga tertidur

Operasi penyelamatan korban longsor oleh Tim SAR Tarakan di rt 17 Intraca Rawa Tarakan, 4 korban meninggal 4 selamat (Amir kepala kantor BASARNAS Tarakan)Kompas.com/Ahmad Dzulviqor Operasi penyelamatan korban longsor oleh Tim SAR Tarakan di rt 17 Intraca Rawa Tarakan, 4 korban meninggal 4 selamat (Amir kepala kantor BASARNAS Tarakan)
Seorang tetangga yang juga membantu mengevakuasi jenazah, Matius menceritakan bagaimana peristiwa pilu itu terjadi.

Senin (28/9/2020) sekitar pukul 01.39 Wita, ketika warga tengah tertidur tiba-tiba terdengar teriakan minta tolong.

Kerabat Maria saat itu berlari ke rumah Matius dan mengabarkan bahwa rumah Maria tertimbun longsor.

Di tengah guyuran hujan deras, Matius dan warga lainnya berlari untuk menolong Maria dan keluarganya.

Setibanya di rumah Maria, tampak longsoran tanah basah menimbun bagian kamar.

Rumah Maria yang tersusun dari kayu dan berdinding triplek ambruk tak bisa menahan reruntuhan tanah dari lereng bukit di dekat lokasi.

Baca juga: 11 Tewas, Longsor di Tarakan Terjadi Saat Korban Diduga Tertidur Lelap

 

Ilustrasi bayi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi bayi.
Maria histeris gendong jasad bayinya

Suasana malam itu kian menegangkan. Maria terus beteriak histeris dan meminta warga menyelamatkan bayi kembar dan suaminya.

Matius pun akhirnya berhasil mengeluarkan salah satu bayi kembar Maria dari timbunan bangunan.

"Saya berdiri untuk menggali, puji Tuhan saya bisa mengeluarkan jasad bayi pertama dengan mengeluarkan kepalanya lebih dulu, sayang sudah tidak ada napasnya," tutur Matius.

Melihat anaknya lemas tak bernyawa, Maria menangis sambil menggendong sang bayi dan berusaha membangunkan buah hatinya.

Tak lama kemudian, Matius mengeluarkan jasad bayi kedua.

Disusul kemudian, warga mengevakuasi jasad suami Maria dari tumpukan tanah.

Melihat tiga orang yang disayanginya tewas dini hari itu, Maria menjerit histeris dan pilu.

Baca juga: Bayi Kembar 10 Bulan Jadi Korban Tanah Longsor di Kota Tarakan

Tinggal di rumah tetangga

Ilustrasishutterstock Ilustrasi
Kini, Maria dan salah satu kerabatnya tinggal di rumah Matius.

Matius dan istrinya selalu berusaha menguatkan Maria yang hingga kini masih mengalami syok.

Lebih-lebih Maria dan suaminya telah merancang pesta ulang tahun pertama bagi bayi kembar mereka.

Keduanya bahkan telah mulai menata rumah untuk rencana tersebut.

"Memang sudah jauh-jauh hari mereka berniat itu, membuat ulang tahun satu tahun anak kembarnya," kata Matius.

Namun, Tuhan berkehendak lain. Suami dan dua bayi Maria kini telah terbaring di pemakaman di Gunung Selipsi Kampung 1, Tarakan.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Nunukan, Ahmad Zulfiqor | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com