KULON PROGO, KOMPAS.com – Pedukuhan Talunombo, Kalurahan (desa) Sidomulyo, Kapanewon (kecamatan) Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berada di lereng Bukit Menoreh. Hampir semua warganya adalah petani.
Hasil bumi Talunombo selalu berlimpah. Termasuk saat diimpit Pandemi Covid-19, panen cengkih dan dua kali panen buah petai setiap tahun masih berlangsung.
Belum lagi buah pala, cacao atau coklat, hingga vanili.
Warga pun merayakan panen hasil bumi ini lewat tradisi yang selalu dilakukan pada tiap bulan Sapar.
Baca juga: Perjuangan Bocah Bukit Menoreh, Lewati Hutan dan Kebun demi Ujian Tengah Semester
Perayaan berupa doa dan makan bersama dalam tradisi yang dinamai merti dusun dan memetri petilasan Dhamarwulan.
Seratusan orang dari empat RT hadir di merti dusun itu.
“(Hasil bumi) paling besar itu petai dan cengkih. Ketika panen, harganya murah di sini. (Dikemas) model untilan (terikat), panen diambil tengkulak, dijual sekitar sini, juga bisa sampai Purworejo dan sekitar Kulon Progo,” kata Lurah Sidomulyo, Kabul, Minggu (27/9/2020) sore.
Tradisi berlangsung setiap empat tahun sekali dengan menghadirkan semua warga dusun.
Baca juga: Pegunungan Menoreh Akan Dilengkapi Kereta Gantung
Mereka berkumpul untuk mengucap syukur atas panen karena berkah Tuhan Yang Maha Esa.
“Kemudian kepungan bersama, makan seperti ini. Ini berlangsung tiap bulan Sapar. Dibuat rutin. Tidak bisa setiap tahun karena dana, jadi yang besar seperti ini berlangsung empat tahun sekali,” kata Kabul.