Kompas.com - 26/09/2020, 13:03 WIB
Aditya Mulyawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada yang berbeda dalam gelaran Tour de Borobudur edisi ke-12 yang berlangsung Sabtu (26/9/2020). Tak hanya bersepeda dan menikmati keindahan Candi Borobudur, peserta diajak berwisata dengan kereta uap peninggalan Belanda dari Stasiun Tuntang ke Stasiun Ambarawa.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, inisiatif tersebut bertujuan untuk memberikan suasana berbeda pada ajang tahunan tersebut.

“Saya sengaja ajak peserta naik kereta uap ini, agar mereka yang (banyak) dari luar Jawa Tengah tahu ada destinasi wisata menarik ini,” imbuhnya alam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (26/9/2020).

Ganjar bersama sang istri, Siti Atikoh, tampak menikmati perjalanan dengan kereta uap yang berusia lebih dari satu abad tersebut. Selama 30 menit, penumpang bisa melihat pemandangan dengan bebas karena jendela di gerbong kereta itu terbuka.

“Ini keren. Kata pemandunya, wisata kereta api uap ini hanya ada tiga di dunia, yakni di India, Swiss, dan Indonesia. Ini potensi luar biasa yang bisa terus dikembangkan,” terang Ganjar.

Baca juga: Menikmati Keindahan Jawa Tengah dengan Kereta Uap

Pemandangan yang ditawarkan wisata kereta uap ini pun sangat memesona. Penumpang bisa melihat pemandangan sawah yang membentang luas, serta gunung Merbabu dan Telomoyo yang berdiri kokoh di atas tanah Jawa.

“Suasananya begitu eksotis. Dengan perbaikan dan penataan, (kereta uap) bisa kita jadikan destinasi unggulan dan paket wisata. Kalau nanti pandemi sudah selesai, silakan ramai-ramai wisata ke sini,” kata Ganjar.

Sementara itu, Direktur Operasional PT Kereta Api Indonesia (KAI) Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan, kondisi lokomotif kereta uap masih asli sampai saat ini. Lokomotif ini masih menggunakan kayu bakar sebagai penggerak utama mesin.

“Minat masyarakat untuk menaiki kereta api uap ini sangat tinggi. Selain sensasi sejarah, kami juga menawarkan sensasi pemandangan alam yang sangat eksotis selama perjalanan,” terangnya.

Untuk menaiki kereta uap, lanjut Agus, masyarakat harus reservasi secara online atau datang langsung ke kantor KAI di Lawang Sewu, Semarang. Harga sewa kereta ini mulai dari Rp 10 juta hingga Rp 15 juta.

Baca juga: Berlari Mengejar Kereta Uap di Ambarawa

“Selain kereta uap, masyarakat juga bisa naik kereta diesel. Masyarakat bisa mendatangi stasiun Ambarawa dan membayar tiket Rp 50.000. Akan tetapi, wisata itu masih kami tutup untuk sementara karena pandemi,” jelasnya.

Salah satu peserta acara asal Malang, Maydanil (22), mengapresiasi inisiatif Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) yang menggelar acara tersebut.

“Seru sekali, saya baru kali ini naik kereta uap. Selain menyenangkan, (saya) juga bisa tahu tentang sejarah kereta api di Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (26/9/2020).

Maydanil menambahkan, kereta uap ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi wisata unggulan Jawa Tengah.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com