Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mamalia Langka Penghuni Sungai Mahakam yang Terancam Punah karena Industri

Kompas.com - 16/09/2020, 12:07 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Tempo dahulu rumah-rumah warga Samarinda di Kalimantan Timur, rata-rata dibangun di sepanjang tepian Sungai Mahakam.

Selain rumah, tempat mandi, cuci dan kakus pun di atas sungai. Biasanya dibangun di belakang rumah berbentuk rakit batang.

Saat itu sekitar 1970-an populasi pesut Mahakam, mamalia langka khas Kaltim, di sepanjang perairan sungai mahakam masih banyak.

Dinas Perikanan Kaltim melaporkan populasi pesut pada 1976 diperkirakan berkisar 1.500 sampai 2.000 ekor.

Baca juga: Terancam Punah, Ini Cara Pesut Mahakam Berkembang Biak

Ribuan mamalia air tawar itu mendiami Sungai Mahakam sebagai habitat aslinya. Nama Mahakam setelah pesut disematkan karena satu-satunya di Indonesia.

“Di perairan wilayah Samarinda biasanya jadi tontonan gratis. Pesut sering kali naik di permukaan sungai menyemburkan air, salto, melambaikan ekor hingga berkejaran dan lainnya,” ungkap Muhammad Sarip, Penulis Buku Sejarah Sungai Mahakam di Samarinda saat ditemui Kompas.com, Sabtu (12/9/2020).

Hiburan alami tersebut, kata Sarip, sangat digemari warga Samarinda terlebih anak-anak. Atraksi pesut jadi tontonan gratis.

Terlebih pesut mahakam bukan hewan buas. Hewan ini tidak mengganggu orang berenang ataupun menyeruduk perahu nelayan yang melintas di sungai mahakam.

Baca juga: Seekor Pesut Ditemukan Mati di Sungai Mahakam, Diduga Terjerat Jaring Nelayan

Karena itu masyarakat Samarinda, Tenggarong dan kecamatan lain di pesisir Sungai Mahakam mengganggap pesut sebagai hewan keramat dan tak boleh ditangkap, diburu, dibunuh maupun dimakan.

Dua ekor pesut mahakam saat tertangkap kamera di wilayah perairan Sungai Mahakam Kutai Kertanegara, Kaltim. Dok. RASI (Danielle Kreb) Dua ekor pesut mahakam saat tertangkap kamera di wilayah perairan Sungai Mahakam Kutai Kertanegara, Kaltim.
Cerita Legenda Pesut

Pesut mahakam bagi masyarakat Kaltim bukan sekadar hewan biasa, tapi jelmaan manusia.

Konon, menurut cerita rakyat, pesut merupakan jelmaan sepasang kakak beradik anak dari pasangan petani.

Kedua anak tersebut memakan bubur panas yang sedang mendidih dalam priuk.

Baca juga: Warga Sebut Melihat Pesut Mahakam Fenomena Langka, Bagaimana Populasinya?

Karena kepanasan keduanya berlari menuju sungai merendamkan tubuh dan menyemburkan udara dari mulut.

Hingga akhirnya datang orangtua kedua anak tersebut dan mendapati dua pesut yang sedang sembur air dari atas kepalanya.

“Cerita itu kemudian berkembang jadi dua versi,” ungkap Sarip.

Versi pertama, kata Sarip, cerita berlatar sebelum agama samawi masuk ke wilayah Kutai.

Versi kedua setelah Islam masuk, ceritanya dimodifikasi seolah dua anak tersebut merupakan kutukan.

Baca juga: Pesut Makin Terancam, Pemda Kaltim Ancam Pidanakan Perusahaan yang Cemari Sungai Mahakam

Karena mereka ambil dan makan tergesa-gesa tanpa ucapan Bismillah atau berdoa sebelum makan.

“Cerita itu kemudian jadi trik untuk nasihati anak-anak di era itu,” kata dia.

Sungai Mahakam (Orcaella  brevirostris) sedang bermain di Sungai Mahakam. Dok RASI Sungai Mahakam (Orcaella brevirostris) sedang bermain di Sungai Mahakam.
Migrasi Ke Hulu Sungai dan Terancam Punah

Masyarakat Samarinda menikmati pemandangan unik pesut di perairan sungai mahakam sekitar 1970-an.

Lima tahun kemudian, 1975, Menteri Pertanian menetapkan pesut mahakam sebagai satwa dilindungi berdasarkan keputusan nomor 45/Kpts/Um/1/1975.

Setahun setelah ditetapkan, 1976, Dinas Perikanan Kaltim melaporkan populasi pesut diperkirakan sekitar 1.500 sampai 2.000 ekor.

Baca juga: Kandung Logam Berat, Sungai Mahakam Sudah Tak Ramah Bagi Pesut

Namun populasinya mulai berkurang ketika masuknya industri ke Kaltim.

Transportasi Sungai Mahakam mulai ramai dengan kapal-kapal bermesin saat masuknya perusahaan-perusahaan kayu.

Lalu lintas kapal memuat kayu bulat dan barang hasil hutan lainnya.

“Gemuru suara memaksa kawanan pesut ini migrasi ke hulu Mahakam,” terang Sarip.

Selain itu, kualitas air Sungai Mahakam mulai tercemar sejak masuknya industri di Kaltim.

Awal mula dari sektor perkayuan, kemudian ke sektor batu bara hingga perkebunan kelapa sawit dan lainnya.

Kegiatan tersebut selain menjadikan sungai mahakam akses distribusi, juga limbah yang mencemari kualitas air.

Hal tersebut memaksa kawanan pesut keluar dari habitat awalnya.

Pada musim kemarau 2013 kawanan pesut mahakam sempat terlihat di Desa Segihan Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara (Kukar), sekitar 35 kilometer di hulu Samarinda.

Jalur sungai mahakam yang banyak habitat pesut teridentifikasi di Kecamatan Kota Bangun dan Muara Muntai, Kukar.

Sejak Juli 2017 hingga Mei 2018, Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species Of Indonesia (RASI) melakukan uji sampel air di 16 titik sampling di sepanjang sungai Mahakam.

Baca juga: Pasca-kebakaran di Teluk Balikpapan, Satu Ekor Pesut Ditemukan Mati

Hasilnya, logam berat Cd (Kadmium) dan Pb (timbal) melampaui baku mutu 23 kali. Kondisi itu dinilai berbahaya bagi pesut juga manusia.

Selain kandungan logam berat, temuan lain ikan yang jadi pakan pesut pun berkurang.

Hal tersebut karena masifnya konversi lahan menjadi perkebunan, pertambangan dan lain-lain.

Upaya Pemprov Kaltim

Pemerintah Provinsi Kaltim mengaku tengah berusaha mengembalikan fungsi sungai sebagai habitat yang ramah bagi pesut.

“Tapi sungai mahakam ini kan kewenangan pusat,” ungkap Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Kaltim, M Sabani.

Meski demikian, Pemerintah Provinsi Kaltim selalu berkoordinasi dengan pemerintah pusat pun penegak hukum untuk menekan pencemaran.

“Prinsipnya kita tetap beri sanksi tegas baik administrasi maupun pidana jika ada perusahaan yang terbukti mencemari,” tegas dia.

Baca juga: Bangkai Ikan yang Diduga Pesut Ternyata Porpoise

Sabani tak menampik lalu lintas kapal tongkang batu bara yang masif di Sungai Mahakam jadi ancaman pesut.

“Iya, rata-rata (pesut) pindah ke hulu sungai karena hilir mudik kapal di sungai mahakam,” tutup dia.

Populasi Pesut Terus Menurun

Menurut data RASI, jumlah pesut yang kini mendiami Sungai Mahakam hanya berkisar 81 ekor.

Data tersebut sama dengan yang dimiliki Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim.

“Saat ada yang mati, yang lain melahirkan. Jadi jumlahnya relatif berkisar segitu,” ungkap Kepala BKSDA Kaltim, Sunandar.

Baca juga: Es Kutub Kian Menyusut, Beruang Kutub Terancam Punah Pada 2100

Sejak 1995 hingga 2019, angka kematian pesut tiap tahunnya rata-rata berkisar empat ekor.

Selama 20 tahun terakhir, 2018 merupakan tahun dengan total pesut mati terbanyak yakni 11 ekor.

Pada 2019 ditemukan lima ekor lagi mati.

“Mamalia langka ikon Kaltim ini kini di ambang kepunahan,” ungkap Peneliti RASI, Danielle Kreb.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com