Ketua Dekranasda Kepulauan Bangka Belitung, Melati Erzaldi mengatakan, hutan pelawan Namang telah diakui secara nasional melalui penghargaan Kalpataru.
"Kawasan ini bagian dari pemberdayaan lokal, bagaimana satu desa, obyek wisata, produk atau komunitas menjadi lebih berkembang," ujar Melati saat kunjungan ke hutan pelawan, Jumat (11/9/2020).
Saat ini produk turunan yang dihasilkan masyarakat berupa madu hutan pelawan. Madu tersebut terkenal dengan rasanya yang pahit.
Baca juga: Pulihkan Imunitas, Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie Konsumsi Madu, Pisang, dan Telur Rebus
Madu hutan pelawan diyakini ampuh meningkatkan imunitas serta menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Namun untuk mendapatkan madu hutan pelawan bukan perkara gampang.
Madu ini hanya bisa dihasilkan kawanan lebah yang membuat sarang di hutan pelawan. Untuk masa panen pun harus menunggu selesainya musim bunga dari pohon pelawan.
Konon rasa pahit pada madu, hanya bisa terjadi jika lebah mengonsumsi sari bunga dari pohon pelawan.
Akademisi Universitas Padjajaran, Dwi Purnomo, menyebutkan selain madu dan wisata hutan, kawasan ini masih menyimpan banyak potensi industri kreatif.
"Memang harus ada penelitian kawasan ini, agar ditemukan potensi-potensi. Seperti kualitas kayu, tanah, dan sebagainya untuk upgrading kawasan ini," ungkapnya.
Baca juga: Bioskop Akan Dibuka, Gubernur Kalbar: Camilannya Madu, Jus Alpukat, Telur Rebus
Saat ini selain madu pelawan, masyarakat juga mengembangkan madu kelulut yakni peternakan madu menggunakan kotak kayu dengan masa panen bisa dilakukan setiap bulannya.