KOMPAS.com- Memutuskan menjadi relawan pengubur jenazah Covid-19 bukan tanpa tantangan.
Atong Handoko (47), seorang warga Kota Madiun bercerita dirinya sempat mendapatkan protes dari anggota keluarganya.
Atong juga pernah diprotes masyarakat saat menggunakan peralatan milik warga untuk mengubur jenazah Covid-19.
Mereka khawatir, alat itu tak steril usai dipakai menguburkan jasad pasien Covid-19 meski alat-alat itu telah dibersihkan.
"Saya berikan pengertian ke tetangga, saya bilang (kalau) keluarga mereka meninggal dan terpapar Covid-19 lalu siapa yang menguburkan," kata Atong.
Beruntung, tak ada tetangga yang sampai mengucilkannya.
Baca juga: Cerita Pengubur Jenazah Covid-19, Sempat Diprotes Keluarga, Tak Boleh Minum Selama Pemakaman
Jenazah tersebut dimakamkan dengan prosedur Covid-19.
Setelah hari itu, Atong mendapat tugas dari BPBD bersama delapan relawan lainnya sebagai tim pemakaman jenazah Covid-19.
Jika tak ada pekerjaan mengubur jenazah pasien Covid-19, Atong membantu sang istri berjualan minyak eceran.
Atong berhasil mengalahkan rasa takut menguburkan jasad pasien corona saat awal-awal bertugas.
Namun, ia masih harus menghadapi protes keluarga.
Sang anak bahkan pernah tak mengizinkan Atong pergi.
"Anak saya yang sempat protes. Kadang-kadang kunci sepeda motor saya diambil agar tidak pergi. Tetapi akhirnya setelah saya berikan penjelasan, dia bisa memaklumi,” jelas Atong.